Quo Vadis Ansor Pasca Konfercab

Quo Vadis Ansor Pasca Konfercab

“Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno) ** UNGKAPAN sang proklamator itu menjadi penyemangat dalam setiap ruang dialektika tentang pemuda. Dan seolah sudah menjadi jargon. Dalam konteks itu, pemuda mempunyai peran penting dalam sendi kehidupan. Terlebih sebagai agen perubahan (agent of change). Gerakan Pemuda (GP) Ansor menjadi salah satu organisasi kepemudaan Islam. Wadah bagi generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengaktualisasikan diri. GP Ansor lahir dari rahim NU pada tanggal 24 April 1934. Artinya, organisasi kader ini berdirinya sebelum Indonesia merdeka (1945). Dan, Ansor sendiri lahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. Nama Ansor, menurut sejumlah literasi merupakan saran ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu, KH Abdul Wahab. Nama tersebut diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Islam. Harapannya dapat mengambil hikmah serta teladan terhadap sikap, prilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan Ansor harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar sahabat Ansor yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. ** Sebagai organisasi kepemudaan dan kader, Ansor tentu menjadi wadah bagi lahirnya pemimpin masa depan khususnya bagi Nahdlatul Ulama (NU). kaderisasi GP Ansor dilakukan secara terarah, terencana, sistemik, terukur, terpadu, berjenjan gdan berkelanjutan (sustainable). Tujuan kaderisasi itu antara lain untuk membentuk kader yang militan, ideologis berkarakter dan berintegritas tinggi. bentuk kaderisasi seperti Diklatsar, Pelatihan Kader Dasar (PKD), Pelatihan Kader Lanjutan (PKL), Pelatihan Kader Nasional (PKN) dan lain-lain. Belum lama ini, Pengurus Cabang (PC) GP Ansor Kabupaten Cirebon melakukan regenerasi kepemimpinan dengan telah digelarnya Konfercab di Gedung NU Center pada Sabtu, 24 September 2016. Pada Konfercab itu terpilih ketua baru untuk periode 2016-2020 yakni HM Ujang Busthomi. Itu setelah rivalnya, Waswin Janata SH memilih mundur dari pencalonan saat sidang. Yang menarik adalah dinamika jelang Konfercab itu berlangsung. Bahkan, isu politis pun menyeruak dan dialamatkan kepada masing-masing kandidat. Misalnya, kubu HM Ujang Busthomi diasosiasikan sebagai kandidat yang didukung Bupati Sunjaya Purwadi Sastra. Namun hal itu telah dibantah oleh Ujang. Sementara kubu Waswin Janata SH didukung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Karena Waswin merupakan kader dan pengurus DPC PKB Kabupaten Cirebon. Psywar pun tak terelakkan. Bersyukur, Konfercab berlangsung kondusif. Tak seperti yang dikhawatirkan sejumlah pihak. Alhamdulillah. Jika tensi jelang Konfercab meninggi, menurut hemat penulis itu hal yang biasa dalam sebuah organisasi. Terlebih, momen suksesi tersebut mendekati hajatan politik yakni Pilkada 2018. Tentu, posisi Ansor menjadi sangat strategis bagi kandidat ketua dan calon kepala daerah khususnya bupati. Mengingat, Ansor memiliki basis hingga ke ranting (desa). Andai saja, satu ranting di tiap desa minimal 10 kader, maka se-Kabupaten Cirebon ada 4120 kader. Itu dengan asumsi ada 412 ranting yang terbentuk. Jumlah tersebut sangat efektif untuk melakukan kerja-kerja politik. Dalam konteks itu, posisi ketua Ansor jelas memiliki bargaining politik. ** Ada empat program yang digagas Ketua Umum PP Ansor yang terpilih pada Kongres di Jogjakarta setahun lalu, H Yaquth Cholil Qoumas. Seperti dikutip dari Majalah AULA edisi bulan Agustus 2016, Gus Tutut -sapaan H Yaquth Cholil Qoumas- menyatakan, program pertama adalah memperkuat kaderisasi. Ini dalam rangka untuk menjaga NKRI, Pancasila, dan ajaran Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdiyah. Dengan banyaknya kader maka semakin terjamin kehidupan NU di masa depan. karena Ansor sebagai masa depan NU dan NU masa depan. Kedua adalah mengembalikan tradisi-tradisi yang mulai hilang. Yakni tradisi NU seperti Yasinan, Tahlilan di tingkat desa dan seterusnya. Ketiga mendistribusikan kader sesuai potensi yang dimiliki. Artinya tidak hanya perjuangan di lini keagamanan tapi harus di birokrasi, profesional, wilayah politik dan lain-lain. Misal di birokrasi didorong sampai menjadi top hingga di puncak birokrasinya. Lagi-lagi ini agar bisa ikut mengawal NKRI, Pancasila dan Aswaja An-Nahdiyah. Di politik didorong supaya bisa mencapai puncak karir politik. Program keempat adalah kemandirian organisasi. Mendorong sahabat Ansor untuk mandiri. Misalnya menyediakan permodalan bagi yang ingin usaha. Ansor akan kerjasama dengan lembaga ekonomi seperti BMT. ** Ketua GP Ansor Kabupaten Cirebon sudah terpilih. Saatnya kader Ansor melupakan Konfercab dengan dinamikanya. Karena banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pengurus baru setelah terbentuk. Dalam pandangan penulis, ada beberapa hal yang harus segera dilakukan. Yakni menyatukan kembali kepingan puzle yang sebelumnya tercecer saat konfercab. Karena ini menjadi modal dasar bergeraknya roda organisasi. Tanpa PAC dan ranting yang solid, mustahil kegiatan PC berjalan dengan sukses. Begitu juga sebaliknya. Kemudian menjalin hubungan baik dengan \"orang tua\" dalam hal ini PCNU. Ketiga, Melakukan sinkronisasi program internal baik dengan Pengurus Wilayah (PW) maupun Pengurus Pusat (PP). Empat poin yang disampaikan Ketum PP (kaderisasi, menjaga tradisi NU, distribusi kader dan kemandiran organisasi) sangat relevan untuk juga dilakukan di tingkat cabang. Berikutnya adalah menjalin hubungan dengan pihak eksternal, termasuk pemerintah daerah. Dalam hal ini, positioning GP Ansor Kabupaten Cirebon di bawah komando HM Ujang Busthomi dengan pemerintahan Bupati Sunjaya. Mau ditarik ke tengah, ke kanan atau ke kiri, bandulnya ada di Kang Ujang. Tasharroful imam alal roiyyah manuthuun bil maslahah (kebijakan pemimpin terhadap yang dipimpin harus bergantung pada kemaslahatan). Semoga. Selamat berkhidmat Kang Ujang. (*) :: Ditulis oleh Apendi. Penulis adalah warga NU tinggal di Kabupaten Cirebon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: