KDRT, Tersangka Masih Sayang dan Cinta kepada Istrinya, Begini Ceritanya..

KDRT, Tersangka Masih Sayang dan Cinta kepada Istrinya, Begini Ceritanya..

KUNINGAN - Tersangka pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bernama Ratiman (32) warga Desa Nanggela, Kecamatan Cidahu, mengaku masih sayang dan cinta kepada istrinya Murniasih (20). Dia tak menyangka percekcokan terakhir yang disertai tindakan kekerasan ternyata berakibat fatal. Murniasih meninggal dunia seminggu kemudian.   \"Awal mula kejadian, waktu itu saya yang sedang kerja di lokasi penambangan pasir mendapat telepon dari pemilik sarang walet katanya mau datang ke rumah di Desa Datar. Kemudian saya menelpon istri untuk beres-beres dan menyiapkan segala sesuatunya karena akan ada kedatangan tamu,\" kata Ratiman saat pemeriksaan di ruang Unit PPA Polres Kuningan, Rabu (28/9).   Namun setibanya di rumah, Ratiman malah melihat istrinya tersebut masih sedang tiduran dan rumah masih berantakan karena alasan kepalanya sedang pusing. Karena kesal, akhirnya Ratiman sendiri yang membereskan rumah tersebut.   \"Setelah rumah beres, kemudian saya hendak kembali ke tempat kerja di galian pasir naik motor tapi ternyata kuncinya tidak ada. Saya marah ternyata kunci dipegang istri saya dan saat diminta dia menolak. Sehingga percekcokan pun kembali terjadi hingga terjadi pemukulan. Mungkin yang parah saat saya mencoba merebut kunci dan terjadi tarik menarik dengan istri, hingga akhirnya istri saya terjatuh dan kepalanya terbentur tembok,\" aku Ratiman.   Setelah kejadian tersebut, lanjutnya, Murniasih memilih pulang ke rumah orang tuanya di Desa Nanggela. Dia tidak tahu setelah peristiwa kekerasan tersebut istrinya mengalami sakit parah atas penyakit diabetes yang diderita Murniasih.   \"Saya tidak tahu kalau istri saya menderita penyakit diabetes. Selama ini dia hanya mengeluh sering pusing tapi tidak pernah bilang kalau dia menderita penyakit gula,\" kata Ratiman.   Selama tiga tahun menjalani hidup berumah tangga dengan Murniasih, tersangka Ratiman mengaku telah berupaya menjadi suami yang baik dengan banting tulang mencari nafkah sebagai tukang gali di lokasi penambangan pasir dan menjaga rumah walet untuk menghidupi istri dan anaknya yang kini baru berusia dua tahun. Meski demikian, Ratiman juga mengaku kerap meluapkan emosinya setiap kali terjadi cekcok hingga beberapa kali melakukan tindakan kekerasan terhadap istrinya.   Sebagian besar, percekcokan Ratiman dengan istrinya tersebut dipicu karena masalah ekonomi. Termasuk beberapa hari sebelum kejadian tersebut, Ratiman tak bisa memenuhi keinginan Murniasih yang meminta uang untuk biaya berobat ke Puskesmas.   \"Karena saat itu saya belum gajian, jadi saya tidak bisa memberi uang. Sungguh saya masih sayang dan cinta kepada istri saya. Kalaupun terjadi kekerasan, saya paling hanya menampar. Saat cekcok terakhir hingga menyebabkan istri saya terbentur tembok, itu pun disengaja,\" kilah Ratiman.   Namun demikian, nasi sudah jadi bubur. Ratiman pun kini hanya bisa pasrah dengan nasib dan ancaman hukuman berat yang bakal dihadapinya. Istri yang dinikahinya tiga tahun yang lalu dan sangat dicintainya sudah tiada, dan kini dia harus menjalani proses hukum atas perilaku kasarnya sehingga harus siap menerima ancaman hukuman penjara hingga 15 tahun. (taufik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: