(3) Cicak, Kodok, dan Ular, Bisnisnya Warga Kertasura; Kodok Sedang Lesu, Cicak Sedang Naik Daun

(3) Cicak, Kodok, dan Ular, Bisnisnya Warga Kertasura; Kodok Sedang Lesu, Cicak Sedang Naik Daun

Ular, katak, dan cicak. Tiga jenis hewan melata ini cukup populer bagi warga Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Ratusan warga di desa itu kini aktif menjalani bisnis rumahan tersebut. Ada yang jadi pemburu (pengobor), pekerja borongan, penyamak kulit ular, hingga pemotong hewan.   BISNIS lain yang juga tengah naik daun yaitu cicak. Setiap hari warga Desa Kertasura dan sekitarnya banyak yang menjadi pengobor cicak. Harga cicak cukup tinggi, bisa mencapai Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per kg. Kalau dalam satu hari bisa mengupulkan cicak sebanyak 4 kg, berarti sudah bisa mengantongi uang Rp200 ribu. Jauh lebih besar daripada menjadi seorang kuli bangunan atau buruh tani. Penghasilan yang cukup menjanjikan ini yang membuat banyak orang yang menjadi pengobor. “Kalau di blok sini mayoritas para pengobor. Ada yang pengobor ikan, juga pengobor kodok. Tapi sekarang banyak yang jadi pengobor cicak,\" sebut Dodi Hermawan, salah seroang pengobor cicak. Menurutnya, ada warga yang semula kuli bangunan hingga warga yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), kini memilih mencari cicak untuk menghidupi keluarganya. Untuk pengolahan cicak, setelah dari pengepul, cicak direndam terlebih dahulu dengan memakai sabun untuk membersihkan lem tikus yang melekat. Setelah bersih, cicak dimasukkan ke dalam rak untuk dikeringkan dengan oven yang mampu menampung delapan rak.  “Untuk pengeringan cicak bisa mencapai delapan jam,\" ucap Dodi lagi. Menurutnya, ada beberapa pengobor dari desa lain juga yang menyetor hasil tangkapannya ke Desa Kertasura. \"Kalau di luar, mereka sudah kenal di sini tempat beli dan pengolahan. Makanya pasti orang yang butuh untuk obat atau lainnya ke desa kami. Sekarang sudah mulai banyak dari Eretan (Indramyu), Bulakamba (Brebes), dan Pamanukan (Subang) juga setornya ke sini. Jadi makin ramai,\" tukas Dodi. Ya, proses pengolahan industri hewan melata ini harus diakui mampu menggerakkan perekonomian warga. Jika  pesanan banyak, terutama cicak, maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga banyak. Dalam satu hari pengepul bisa menerima sekitar 8 kwintal cicak dari pengobor. Sehingga membutuhkan tenaga yang banyak untuk pengolahan, terutama dalam proses pembersihan dan pengerakan atau proses merapihkan cicak dalam rak untuk dimasukkan ke oven. Tenaga buruh tersebut dibayar dengan upah sekitar Rp2.000 per rak. Apabila dalam satu hari merapikan cicak ke dalam rak sebanyak 100 rak, maka seorang buruh bisa mendapatkan upah Rp100 ribu. Tenaga pengerakan ini mayoritas dilakukan oleh ibu-ibu. “Lumayan Mas, dari pada nganggur di rumah. Kerja di sini dapat uang,\" tukas Sainah, seorang ibu warga Kertasura yang sehari-hari bekerja merapikan cicak ke dalam rak. (jamal suteja/bersambung)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: