Prestasi Dewi dan “Virus” Motivasi

Prestasi Dewi dan “Virus” Motivasi

Oleh: Apendi Man Jadda Wa Jada (Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan sukses/berhasil). Kata mutiara atau pepatah Arab di atas sangat populer. Terutama di lembaga pendidikan Islam khususnya pesantren. Kesungguhan akan berbuah kesuksesan. Begitu kira-kira makna ungkapan di atas. ** KESUNGGUHAN Dewi Laila Mubarokah menggeluti dunia olahraga menembak berbuah manis. Dia sukses meraih medali emas di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat 2016, untuk nomor 10 M Air Riffle Women Standard Yunior. Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya. Baik untuk Provinsi Jawa Barat selaku kontingen asal Dewi, induk organisasi (Perbakin Kabupaten Cirebon), sekolah tempat menimba ilmu, orang tua, kerabat maupun Desa Lungbenda, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon tempat tinggalnya. Torehan satu emas itu menambah pundi medali bagi Provinsi Jawa Barat, yang akhirnya keluar sebagai juara umum dengan perolehan 217 emas, 157 perak, 157 perunggu (total 531 medali). Apa yang diraih di Dewi di Lapangan Tembak Cisangkan, Kota Cimahi, Jawa Barat itu tentu tidak bim salabim adakadabra. Tidak juga ujug-ujug. Ada proses yang dilalui gadis kelahiran 25 Februari 1999 itu. Salah satunya adalah kesungguhan, semangat belajar (berlatih). Bagaimana tidak, Dewi yang awalnya atlet renang, lebih memilih menjadi penembak. Dan itu digelutinya sejak SMP hingga sekarang duduk di bangku kelas XII SMAN 1 Sumber. Jujur saya agak heran kenapa Dewi memilih olahraga menembak? Menembak identik dengan olahraga maskulin. Di desa tempat saya lahir dan dibesarkan yang juga menjadi tempat tinggal Dewi, tidak ada lapangan tembak. Yang ada hanya lapangan sepak bola. Lokasinya di belakang rumah orang tuanya, H Ilyas dan Hj Ayu Mirah. Ternyata, kecintaan Dewi terhadap menembak berawal dari sang ayah seorang anggota polisi, H Ilyas yang memperkenalkannya. Kebetulan juga punya senapan angin. Beralih pilihan butuh adaptasi yang tidak gampang. Kesabaran, keuletan, dispilin, kesungguhan dan keyakinan menjadi modal penting. Belum lagi soal membagi waktu latihan dengan tugas-tugasnya sebagai seorang pelajar. Apalagi remaja usia 17 tahun. Ya sweet seventeen. Usia yang sangat rawan dan labil. Tapi Dewi membuktikannya dengan prestasi. Selain di PON Jabar 2016, Dewi juga berhasil memecahkan rekor nasional pada Kejurnas Awang Faroek Cup III di Balikpapan 2014. Dan sederet prestasi lainnya. Kata kuncinya adalah bersungguh-sungguh dan yakin. Mengutip nazam kitab \'Amrity: Wa kullu man lam yantaqid lam yantafi\' (Dan setiap orang yang tidak yakin maka tidak akan mendapatkan manfaat/keberhasilan). Allah SWT juga memberi jaminan atas kesungguhan manusia dalam berbuat, sehingga mendapat jalan sampainya. Karenanya jangan pernah ragu dengan jaminan ini. Tugas kita adalah melakukan suatu kebaikan atau menjalaninya dengan sungguh-sungguh. “Dan orang yang bersungguh-sungguh (berjihad) untuk mencari (keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat” (QS: Al-Ankabut: 69). ** Victor H Vroom seorang profesor manajemen dari Yale School of Management mengatakan, motivasi adalah sebuah akibat dari suatu hasil yang ingin diraih atau dicapai seseorang dan sebuah perkiraan bahwa apa yang dilakukannya akan mengarah pada hasil yang diinginkannya. Sedangkan Mc Clelland dalam teori kebutuhan berfokus pada tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan berprestasi yaitu dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil. Kedua, kebutuhan berkuasa; yaitu untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa. Sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. Terakhir, kebutuhan berafiliasi; keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab. Harapan saya, Dewi menjadi \"virus\" motivasi bagi pemuda dan pemudi, untuk terus berprestasi sesuai bidangnya masing-masing. Terlebih lagi, Kuwu Lungbenda, Sukarso, berencana mengarak Dewi keliling kampung pada Ngunjung Buyut tanggal 16 Oktober nanti. Tujuannya tentu saja sebagai bentuk penghormatan atas prestasi Dewi. Sekaligus \"kampanye\" kepada generasi muda dan mudi agar bisa berprestasi. Jadi yang sedang menggeluti sepak bola terus diseriusi. Yang sedang belajar qori juga harus diseriusi. Dan yang lainnya. Apa yang diraih Dewi juga menjadi \"virus\" bagi orang tua untuk melek dan support terhadap potensi anak. Karena dukungan orang tua sangat menentukan bagi keberlangsungan potensi anak tersebut. Kita doakan, Dewi terus berprestasi lagi. Serta berharap muncul Dewa dan Dewi lainnya dari tanah Lungbenda dengan prestasi mendunia untuk mengharumkan nama bangsa. Semoga. (*) *) Penulis warga asli Lungbenda yang kini tinggal di Kecamatan Tengah Tani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: