Warga Babakan Mulya Gelar Tradisi Kawin Cai
KUNINGAN - Warga Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, menggelar upacara tradisi Kawin Cai di Situ Balong Dalem sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan air yang telah memberikan penghidupan bagi masyarakat setempat. Upacara adat Kawin Cai diawali dengan pengambilan air dari hulu cai atau mata air Tirtayatra Situ Balong Dalem oleh sesepuh desa. Kemudian dilanjutkan dengan upacara Mapag Cai yaitu kendi berisi air Tirtayatra tadi dibawa menuju sumber mata air kramat Cikembulan atau yang lebih dikenal dengan Balong Cibulan di Desa Manis Kidul yang jaraknya mencapai 5 Km dengan cara berjalan kaki. Setibanya di sumur keramat Cibulan, air Tirtayatra tersebut kemudian ditumpahkan di salah satu sumber mata air terbesar dari tujuh sumur keramat yang ada yaitu Sumur Kajayaan. Selanjutnya, para petugas penjemputan tadi mengambil air dari sumur keramat yang berjumlah tujuh mata air tersebut ke dalam wadah kendi yang sama, kemudian dibawa dan diarak kembali menuju Setu Balong Dalem untuk dialirkan kembali di mata air Tirtayatra. Ada yang menarik dari prosesi pengaliran air di hulu sungai Balong Dalem tersebut. Mula-mula air dari sumur keramat Cikembulan tadi diserahkan kepada sesepuh desa Babakanmulya yang dilakukan di depan Batu Kawin yang berdekatan dengan hulu sungai. Selanjutnya air tadi dibawa oleh sesepuh desa untuk dialirkan ke hulu sungai Tirtayatra yang sebelumnya dikumandangkan adzan dilanjut iqomat oleh tokoh agama desa setempat secara bersama-sama. Akhirnya, prosesi Kawin Cai pun dilakukan oleh sesepuh desa disaksikan oleh para pejabat Muspika, tokoh masyarakat setempat serta ratusan warga. Tidak semua air keramat tersebut dialirkan di sumber mata air Balong Dalem, namun sebagian disiramkan kepada beberapa tokoh masyarakat yang bertugas mengatur pengairan menuju enam desa yang teraliri oleh sumber mata air Tirtayatra yaitu Desa Babakanmulya, Jalaksana, Sadamantra, Padamenak, Nanggerang dan Desa Ciniru. Tak hanya itu, air yang tersisa pun menjadi rebutan warga setempat yang berharap berkah dari air keramat tersebut. Ahmud (65) selaku sesepuh Desa Babakanmulya mengungkapkan, ritual Kawin Cai ini merupakan tradisi leluhur masyarakat Babakanmulya yang sudah berlangsung turun temurun. Ritual ini selalu diselenggarakan hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon pada bulan Rowah yang biasanya jatuh pada bulan September atau Oktober. \"Waktunya selalu hari Kamis malam Jumat Kliwon pada bulan Rowah dan harus sesudah Dzuhur. Tradisi ini dilaksanakan pada saat musim kemarau seperti sekarang untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi limpahan air untuk mengairi lahan pertanian dan sumber kehidupan lainnya,\" ujar Ahmud. Dijelaskan Ahmud, konon lokasi dilaksanakannya Kawin Cai di sumber mata air Tirtayatra merupakan tempat perkawinan Resi Makandria dari Kerajaan Tirtawulan (Cibulan) dengan Pwah Sanghiyang Sri dari Kerajaan Kainderaan. Oleh karena itu prosesi Kawin Cai yaitu dialirkannya air kendi percampuran air Tirtayatra dengan air Cikembulan pun dilakukan di sumber mata air yang terdapat dua batu besar bernama Batu Kawin. Diakhir acara tradisi kawin cai, digelar acara makan bersama seluruh lapisan masyarakat baik dari enam desa penerima manfaat mata air Tirtayatra tadi maupun masyarakat luar. Menurut Ahmud, acara ini sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas limpahan air yang telah menghidupi masyarakat setempat yang kemudian dinyatakan dalam kegiatan berbagi atas hasil bumi yang diperoleh. (taufik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: