Temui Dahlan Iskan, Kepala Suku Papua Menangis

Temui Dahlan Iskan, Kepala Suku Papua Menangis

SURABAYA- Dukungan moral terhadap Dahlan Iskan (DI) juga datang dari tanah Papua. Wolter Benny Hesegem jauh-jauh datang dari Wamena ke Surabaya untuk menemui mantan menteri BUMN itu di rumahnya kemarin siang (2/11). Pria yang juga kepala suku di Wamena tersebut yakin Dahlan tidak bersalah meski sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh kejaksaan. Wolter datang ke rumah Dahlan di Perumahan Sakura Regency sekitar pukul 13.00. Dia bersama dua temannya yang juga berasal dari Wamena. Dahlan yang sedang berada di dalam rumah menyambut mereka dengan hangat. Salaman dan pelukan membuat pertemuan itu terlihat spesial. Tidak banyak kata dalam perjumpaan tersebut. Wolter memeluk erat Dahlan, tapi terlihat sulit untuk berkata-kata. Dia menangis tersedu-sedu. Air matanya deras mengalir tidak terbendung. Wolter kembali menangis saat menatap Dahlan setelah melepas pelukan. “Saya tahu Bapak, Bapak tidak bersalah, meski saya jauh di sana,” ucap Wolter. Dia sangat ngefans kepada Dahlan. Saking mengidolakannya, Wolter memberi nama anaknya Dahlan Hesegem. Kepada mantan Dirut PLN itu, Wolter mengaku tidak berani memberikan nama Dahlan Iskan agar sama persis. Tapi, dia hanya mengambil nama Dahlan yang disambungkan dengan marganya. Dahlan kemudian mengajak Wolter berdiskusi di ruang tamu sisi belakang. Meski sudah duduk dengan tenang, Wolter masih tidak bisa menahan tangisnya saat melihat Dahlan yang duduk di depannya. “Saya percaya Bapak menabur kebaikan, pasti akan menuai kebaikan,” ucap Wolter. SIAPKAN BANTUAN HUKUM Sementara itu, Layanan Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) se Karesidanan Kediri menyampaikan rasa prihatinnya atas tindakan yang diambil Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur. Menurut Ketua LKBH Kediri, Syamsul Arifin, kasus yang menimpa DI masih sangat abu-abu. Belum ada kejelasan berapa kerugian negara tetapi sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. “Kami melihat kasus dialami Pak Dahlan semacam dipaksanakan, maka dari itu LKBH se Karesidanan Kediri siap membantunya,” kata pria berkepala plontos itu di kantor Radar Kediri (Radar Cirebon Group), kemarin. Tidak hanya itu, kumpulan advokad tersebut menyampaikan dukungan moralnya. Apalagi salah satu yang dipermasalahkan oleh Kejati Jatim asetnya juga ada di Kota Kediri. Bila melihat secara historis, aset yang dijual di Kota Kediri itu tidaklah salah. Salah satu anggota LKBH, Bambang Giantoro menyampaikan dulu lahan tersebut sama sekali tidak produktif. Bisa saja dijual untuk modal awal pembenahan PT PWU yang kemudian bisa berkembang pesat. “Saya berfikir keputusan menjual lahan karena memang tidak produktif,” papar Bambang yang mengetahui persis soal tanah yang dijual itu. Karena Bamabang juga memahami karakter DI yang suka mengambil terobosan dan tidak pernah berlama-lama dan bertele-tele, dia menduga penjualan aset itu bukan untuk memperkaya diri dan menguntung diri sendiri. Karena melihat ada gelagat yang dipaksakan dalam kasus DI ini maka, LKBH se Karesidenan Kediri menyatakan sikapnya untuk ikut membela mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. “Kami siap kapan saja untuk berangkat ke Surabaya atau ke Jakarta jika sewaktu-waktu dibutuhkan,” papar Hendra Gunawan Tanuwijaya. Mereka pun sudah menyiapkan advokad-advokad senior bila sewaktu-waktu membutuhkan. Hendra, juga mengkhawatirkan dari kasus mantan Dirut PLN itu ke depannya tidak ada lagi yang ingin menjadi pejabat. Apalagi hanya karena tanda tangan bisa masuk penjara dan dianggap sebagai koruptor karena dianggap telah merugikan negara. Kajian LKBH, dari kasus tersebut belum ada pernyataan yang menyebutkan DI menerima aliran dana sehingga menyebabkan terjadinya kerugian negara. “Maka dari itu kasusnya seperti dipaksanakan,” tambahnya. (atm/c5/nw/rq)              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: