Angka Kematian Ibu Masih Tinggi

Angka Kematian Ibu Masih Tinggi

\"\"JAKARTA- Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Dari 100 ribu kelahiran, jumlah kematian ibu mencapai 282 pada tahun 2007. Ironisnya, hingga kini angka tersebut masih stagnan. Padahal, pemerintah menargetkan angka kematian ibu bisa ditekan hingga 102 kematian dari 100 ribu kelahiran. Wamenkes Ali Ghufron Mukti menuturkan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan jumlah kematian ibu. Salah satunya dengan meningkatkan kuota dan nilai program Jaminan Persalinan (Jampersal). \"Jampersal insentifnya sudah dinaikkan dari Rp430 ribu menjadi Rp660 ribu. Selain itu kuotanya juga ditambah menjadi 2,5 juta ibu hamil,\" jelas Ali Ghufron Mukti ketika dihubungi, kemarin (21/8). Ali Ghufron menuturkan nilai program Jampersal berlaku bagi setiap satu persalinan. Program ini juga meliputi pelayanan pemeriksaan kehamilan hingga pelayanan sesudah melahirkan (post natal care). Sebenarnya, kata dia, program Jampersal sudah berlangsung mulai tahun lalu. Bahkan, lanjut Ali Ghufron, sejak tahun 1990 para bidan banyak yang membuka praktik sendiri untuk menolong persalinan. \"Para bidan yang buka praktik persalinan memotong penghasilannya 10 persen untuk ibu tak mampu. Tapi tetap saja program ini tidak bisa menyelesaikan masalah,\" ujarnya. Karena itu, Ali Ghufron menuturkan pemerintah pun mengagas program lainnya. Seperti adanya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Saat ini, pemerintah tengah menggalakkan SPGDT di sejumlah rumah sakit di seluruh Indonesia. Dengan SPGDT, para ibu hamil yang mendekati waktu proses persalinan bisa memanfaatkan fasilitas mobil jemputan rumah sakit. \"Jadi para ibu hamil yang mau melahirkan, tinggal telepon ke rumah sakit, lalu akan dijemput oleh pihak rumah sakit. Jadi bisa ditangani dengan cepat. Kalau diperlukan mobil ambulance, ya mereka akan dijemput pakai ambulance,\" jelas Ali Ghufron lagi. Namun, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengakui bahwa pelayanan SPGDT belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Hanya rumah sakit besar atau rumah sakit rujukan yang sudah memiliki layanan tersebut. \"Umumnya daerah-daerah terpencil seperti di kawasan perbatasan atau kepulauan terluar,\" jelasnya. Sistem informasi di daerah-daerah tersebut, lanjut dia, belum berkembang. Sehingga, cukup sulit melakukan komunikasi melalui telepon. Untuk menyiasatinya, pemerintah pun menggunakan puskesmas keliling atau pesawat kecil. \"Namanya flying health care jadi pesawat-pesawat kecil yang menjangkau daerah-daerah terpencil. Sementara untuk puskesmas keliling, kami gunakan kapal dan perahu. Sementara baru itu yang bisa dilakukan untuk menjangkau sejumlah daerah tersebut,\" imbuh dia. (ken)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: