Budaya dan Seni Tiongkok di Cirebon Terus Dilestarikan

Budaya dan Seni Tiongkok di Cirebon Terus Dilestarikan

CIREBON - Cirebon terbentuk dari berbagai macam suku bangsa dan budaya. Di antaranya Jawa, Sunda dan Tionghoa. Karena itu, banyak akulturasi dan asimilasi yang terjadi dalam lingkup sosial dan budaya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat di Kota Cirebon. Begitu pun dengan adanya budaya tionghoa yang berkembang di masyarakat. Kepala Seksi Bina Nilai Sejarah dan Kepurbakalaan Disporbudpar Kota cirebon, Sugiono mengatakan, sejak memasuki era reformasi, terutama di masa pemerintahan presiden Abdurahman Wahid, etnis Tionghoa di Indonesia semakin menunjukan eksistensinya. Mereka lebih bergairah lagi dalam mengekspresikan budaya dan kepercayaan yang mereka anut. Beragam kesenian seperti barongsai, liong, seni bela diri wushu kungfu, tarian-tarian, serta patkim dihidupkan kembali terutama dalam perayaan hari besar agama. Bahkan cenderung lebih semarak dan lebih intensif. Namun, dia menyayangkan wayang potehi, salah satu seni peninggalan tionghoa ini, sudah jarang dipentaskan. \"Mungkin karena sudah langka dalangnya,\" ucapnya. Dari segi tempat ibadah, keberadaan klenteng sebagai pusat ibadah pun sudah mulai ramai dikunjungi. Kegairahan ini tidak hanya diperlihatkan oleh kaum tua tapi juga kaum muda. Bagaimana peran pemerintah? Sugiono menjelaskan, pemerintah tentu saja memfasilitasi dan mengakomodasi keberadaan etnis Tionghoa di tengah masyarakat Cirebon. “Untuk melestarikan kesenian, kita juga menampilkannya dalam perayaan, seperti Cap Go Meh. selain itu, Pemkot juga turut memelihara beberapa bangunan etnis tionghoa yang termasuk cagar budaya,” lanjut dia. Terpisah, budayawan Tiong hoa Teddy Setiawan mengatakan, etnis tionghoa di Kota Cirebon memang banyak. Hanya saja, keberadaanya kini terpisah-pisah dengan adanya komunitas. Sehingga, mereka memiliki kegiatan masing-masing. Menurut teddy tiap perayaan dan budaya Tionghoa selalu erat kaitannya dengan peristiwa alam. Sebagai contoh, Imlek. \"Itu sebagai rasa syukur karena di Tiongkok sedang terjadi musim semi, contoh lagi bacang, dirayakan tanggal 5 bulan 5 tahun Imlek. Hari itu bertepatan dengan dekatnya jarak matahari dengan bumi. Diyakini ini waktu yang tepat untuk mencari tanaman obat berkhasiat, juga diyakini siapa yang mandi saat itu dia diberi kesehatan,\" jelasnya. Diakuinya, kebudayaan Tionghoa memang mengalami kekurangan peminat. Seperti halnya wayang potehi. Menurut Teddy wayang potehi sudah tak ada jejak lagi di Jawa Barat. Namun, barongsai dan liong sekarang sudah diminati anak muda. \"Banyak budaya Tiongkok yang justru dilupakan oleh para keturuanan etnis Tionghoa sendiri,\" ucapnya. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: