Ini Cara Dokter Yusri Sembuhkan Pasien lewat Musik Pop Jazz
Perasaan bahagia bisa menjadi salah satu obat mujarab untuk proses penyembuhan penyakit pasien. Misalnya, yang dipraktikkan dr Yusri Dinuth di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Banyak pasien Yusri yang merasa lebih cepat sembuh setelah diterapi music as healing. Laporan: ZALZILATUL HIKMIA, Jakarta SIANG itu (23/11) Rumah Sakit (RS) Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, masih tampak ramai. Selain pasien yang antre berobat, ada para pengunjung yang ingin membesuk keluarga, saudara, atau koleganya yang sedang menjalani opname di situ. Tapi, suasana di ruang bagian administrasi tersebut berbanding terbalik dengan suasana di Paviliun Gardenia. Di kamar-kamar inap bagi pasien pascaoperasi tersebut, kesibukan orang lalu lalang itu tak terlihat. Suasananya begitu tenang dan senyap. Maklum, di kawasan tersebut pasien memerlukan ketenangan agar bisa istirahat dengan nyaman. Di paviliun itulah dr Yusri merawat pasien-pasiennya. Metode yang dipergunakan termasuk sudah biasa, tapi jarang dipraktikkan dokter lain. Yakni, metode music as healing. Setiap pasien yang ditangani Yusri selalu mendapatkan tambahan “obat”. Pasien-pasien penyakit dalam itu diminta mendengarkan lagu-lagu yang diputar dan diperdengarkan lewat speaker di kamar-kamar inap di situ. Memang, suara musik yang diperdengarkan disetel lembut sehingga tidak malah mengganggu istirahat pasien. Sebaliknya, alunan suara penyanyi yang tak asing di telinga itu diharapkan membuat nyaman si pasien. Misalnya, suara merdu Trio Lestari: Glen Fredly, Tompi, dan Sandy Sandoro. Atau yang lebih rancak seperti lagu-lagu kelompok Sheila on 7 dan lagu milik She “Slow Down Baby”. “Lagu-lagu yang diputar di ruangan kebanyakan yang menyenangkan hati. Bukan yang malah membuat galau pasien,” jelas dokter 26 tahun itu. Adanya tambahan “obat” bagi pasien di RS di kawasan Pasar Minggu tersebut memang masih tergolong anyar. Baru sekitar empat bulan, seiring masuknya Yusri sebagai bagian dari tim dokter di RS milik TNI-AL itu. Namun, proses menjadikan musik sebagai bagian dari terapi pasien pascaoperasi tersebut tidak langsung mendapat persetujuan pihak pengurus RS. Pihak RS sempat mempertanyakan urgensi metode music as healing yang dibawa Yusri itu. Mereka khawatir metode tersebut justru bisa mengganggu proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. “Saya memang ngotot dengan metode saya ini. Sudah banyak pasien saya sebelumnya yang merasa lebih tenang setelah mendengar lagu-lagu yang easy listening saat menjalani perawatan,” tutur Yusri. “Kalau metode ini tidak disetujui saat itu, saya sudah ancang-ancang milih mundur saja,” tambah dokter yang masih lajang tersebut. Sebelum pindah ke RS Marinir Cilandak, Yusri mengabdi di RS Jogja International Hospital (JIH), Jogjakarta. Di RS itu Yusri juga menerapkan metode music as healing. Hasilnya, pasien merasa lebih tenang dan nyaman setelah mendengarkan banyak lagu yang diperdengarkan via speaker di ruangan pasien. Yusri menuturkan, musik sekilas memang tidak memiliki hubungan dengan dunia kedokteran. Bukan juga treatment utama agar pasien bisa sembuh seperti obat-obatan. Tapi, musik bisa menjadi pendukung untuk membantu penyembuhan. Ada sugesti kebahagiaan yang disalurkan melalui musik. “Suasana bahagia ini sangat penting dalam masa penyembuhan pasien,” kata dokter yang senang bermusik dan pernah menguji kemahirannya bernyanyi lewat ajang pencarian bakat The Voice Indonesia sesi 1 itu. Yusri bercerita, sejumlah pasiennya mengalami kesulitan tidur karena didera rasa nyeri seusai operasi atau tertekan secara psikis. Namun, mereka akhirnya bisa tidur nyenyak setelah beberapa kali mendengarkan lagu-lagu kesenangannya. Baik melalui speaker di ruangan maupun lewat headset yang dipasangkan sang dokter gaul itu. “(Metode) ini mungkin sepele. Tapi, musik memang bisa membuat pasien bisa rileks. Jadi, saya tak perlu lagi membantu mereka dengan memberikan obat tidur,” ujarnya. Selain memperdengarkan musik lewat speaker di ruang inap, dokter bernama lengkap M. Arsyad Jussri Widjaya Tianotak itu meminta pasien mendengarkan musik melalui headset di telinga pasien pada setiap visit. Hanya, lagu yang diputar sesuai request pasien. Misalnya, ketika Yusri mengunjungi Poni Wantiye (52) pasien neuropati diabetic (kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat diabetes) di Paviliun Gardenia, Rabu (23/11). Kepada dokter muda itu, Poni mengeluhkan kondisinya pasca menjalani operasi. Dia merasakan nyeri di bagian yang bekas dibedah. Tekanan darah Poni juga sempat tinggi, mencapai 150-90. Karena itulah, Poni menyatakan keinginannya untuk bisa segera pulang. “Itu karena Ibu banyak pikiran. Hayoo mikirin apa?” tanya Yusri sambil bercanda. Merespons keluhan tersebut, Yusri kemudian menenangkan Poni. Sebab, Poni mesti menjalani proses penyembuhan terlebih dahulu. ”Ibu perlu mendengarkan lagu-lagu. Ibu sukanya lagu apa?” tutur pria kelahiran Tual, Maluku, itu. Dengan malu-malu dan terbata-bata, Poni mengaku suka lagu-lagu lawas. Tapi, yang paling favorit, dia senang lagu-lagu milik penyanyi kawakan Dian Piesesha. Tak berapa lama, Yusri mencari lagu-lagu Dian Piesesha lewat Youtube dan kemudian memasangkan headset di telinga Poni. Setelah itu, mengalunlah tembang Aku Masih seperti Yang Dulu penyanyi berdarah Sunda tersebut. Seiring mengalunnya lagu tersebut, senyum Poni pun mulai mengembang. Yusri menegaskan, saat masih di JIH, program music as healing itu sudah banyak membantu pasien. Memang, seperti di RS Marinir, metode Yusri itu awalnya juga kurang disambut oleh manajemen JIH. Namun juga tidak langsung ditolak. Pelantun lagu Senyummu di minialbum Operasi Hati tersebut kemudian ditantang untuk membuat pilot project. Tantangan itu langsung disambut Yusri dengan antusias. Dia lalu menerapkan full day music pada hari-hari tertentu di rumah sakit di Ringroad Utara Jogja itu. Hasilnya, ternyata pada hari full day music itulah jumlah kunjungan pasien paling banyak. Mereka merasa nyaman dengan adanya musik yang diperdengarkan selama proses pengobatan. “Akhirnya kami malah dibikinkan panggung kecil di lobi rumah sakit. Sehingga kami bisa bikin konser mini di situ,” tutur fans berat penyanyi Sherina Munaf itu. Dari program tersebut, diakui, banyak hal baru yang dia pelajari. Salah satunya soal peran dokter yang tidak hanya menyembuhkan, tapi juga care kepada pasien. Sebab, dengan program itu, dia menjadi lebih dekat dengan pasien. Pasien juga jadi lebih terbuka kepada sang dokter. Bahkan, lantaran kedekatan itu, pasien Yusri memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Waktu itu Yusri menangani pasien sepuh, Mbah Mujiyem, 97. Pasien yang hidup sebatang kara tersebut menderita sakit pneumonia. ”Setelah ngobrol banyak, saya jadi tahu di mana rumah Mbah Mujiyem. Ternyata selama ini beliau hidup dari bantuan para tetangga,” kenangnya. Setelah itu, Yusri mem-posting kondisi pasien istimewanya itu ke media sosial. Tak berapa lama, berbagai pihak memberikan bantuan untuk Mbah Mujiyem, bahkan ada yang menjamin pengobatan Mbah Mujiyem selamanya. “Itulah momen paling berkesan selama saya praktik di rumah sakit,” tutur dokter lulusan Universitas Islam Indonesia (UII Jogjakarta itu. (*/c10/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: