Sedekah Bumi di Desa Playangan, Berbagi saat Panen Melimpah

Sedekah Bumi di Desa Playangan, Berbagi saat Panen Melimpah

Inilah kearifan lokal yang terus dijaga masyarakat, yakni sedekah bumi. Tradisi yang menjadi ungkapan rasa syukur para petani atas hasil panen. Sedekah bumi bukan hanya acara ritual, tapi ada nilai-nilai moral yang menjadi pesan untuk selalu bersyukur dan berbagi. *** MINGGU (27/11), saat matahari terik, tak seperti biasanya ribuan warga Desa Playangan, Kecamatan Gebang tumpah ruah ke jalanan. Pagi itu ada tradisi sedekah bumi yang menjadi agenda rutin setiap tahun. Sedekah bumi yang menjadi ungkapan rasa syukur bagi warga Desa Playangan yang bisa panen tiga kali dalam satu tahun. Tahun ini warga Desa Playangan menyebut sebagai tahun keberuntungan. Hal itu lantaran hasil panen yang lebih banyak dari pada tahun sebelumnya. Ini pula yang membuat kegiatan sedekah bumi tahun ini dirayakan secara lebih semarak. Warga mengarak gunungan yang berisi hasil bumi keliling kampung. Ribuan warga pun antusias untuk mengikuti arak-arakan tersebut. Bahkan warga setempat rela mengeluarkan dana pribadi untuk menyewa ondong-ondong. Selain itu, berbagai kesenian lokal ikut serta meramaikan acara tersebut. Selesai diarak, gunungan hasil bumi yang berisi bawang merah, cabai, timun, jagung manis, terong itu menjadi rebutan warga. Mereka meyakini hasil bumi yang diarak itu memiliki berkah. Ketua panitia sedekah bumi Desa Playangan, Mugiono mengucapkan rasa syukur, pada tahun ini, para petani bisa mendapatkan keberuntungan. Atas cuaca musim hujan yang panjang. Sebagaimana diketahui, pada tahun ini terjadi kemarau basah. Musim hujan lebih panjang dari normalnya. Sehingga para petani bisa lebih maksimal mengelola sawahnya. Para petani pun bisa panen hingga tiga kali pada tahun ini. Sedangkan petani bawang merah serta petani palawija lainnya, juga ikut merasakan dampaknya. Hasil panen yang melimpah dan harga jual yang stabil. “Acara sedekah bumi ini acara rutin tahunan, namun kemeriahannya sangat bisa dirasakan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Ini sebagai rasa syukur petani atas hasil bumi yang melimpah,” paparnya. Dia menjelaskan, acara sedekah bumi digelar selama tiga hari tiga malam dengan berbagai rentetan acara. Seperti arak-arakan hasil bumi, pagelaran wayang dan pagelaran musik dan kesenian daerah. Sedekah bumi ini bukan saja hanya sebagai bentuk rasa gembira para petani, tetapi juga ada nilai budaya lokal yang dikembangkan. Seperti pagelaran wayang kulit sebagai tradisi kebudayaan nenek moyang untuk meruat segala jenis panyakit dan rintangan para petani di Desa Playangan. “Harapan kami, dengan mengadakan syukuran sedekah bumi pada setiap tahun tersebut, para petani diberikan kesuburan dan kemakmuran dalam menjalani aktivitasnya sebagai petani. Kondisi yang baik ini bisa terus memihak kepada petani pada tahun-tahun berikutnya,\" harap Mugiono. Kuwu Desa Playangan, Absori menambahkan, sekitar 204 dari total 600 hekatare luas wilayah Desa Playangan, merupakan lahan pertanian. Lahan pertanian ini terbagi lagi. Sekitar 40 hektare ditanam bawang merah dan palawija, sisanya adalah tanaman padi. Karena itu, pihaknya menganggarkan untuk perbaikan infrastruktur areal pertanian. Sehingga sedikit demi sedikit infrastruktur pertanian terutama irigasi sudah cukup baik. “Bersyukur ada DD (dana desa), kita mengalokasikan untuk perbaikan infrastruktur pertanian untuk memfasilitasi kepentingan masyarakat dengan jumlah penduduk 5.017 jiwa yang sebagian besar sebagai petani,” jelasnya. Dia mengatakan, dari apa yang sudah dilaksanakan belum lantas merasa puas. Terutama bendungan sungai Tersana yang saat ini dalam kondisi rusak. Padahal, manfaatnya sangat besar bagi petani. “Kita sudah mengajukan soal perbaikan bendungan Sungai Tersana, pihak BBWSCC bersama anggota Komisi V DPR RI sudah melakukan survei, dan rencana tahun 2017 akan dilakukan perbaikan. Kita harapkan para petani akan bisa semakin makmur ke depan,” pungkas Absori. (jamal suteja)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: