Script Writer, Fitria Pratnasari; Tulis Ratusan Skenario, Ingin Membuat Sekolah Menulis

Script Writer, Fitria Pratnasari; Tulis Ratusan Skenario, Ingin Membuat Sekolah Menulis

Ramah, cerdas, dan energik, begitu terlihat dari sosok Fitria Pratnasari. Seorang script writer alias penulis skenario yang sudah malang melintang dalam dunia kepenulisan di pertelevisian Indonesia. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon RUTINITAS membaca sudah dilakukan Fitria Pratnasari sejak dirinya masih sekolah dasar. Setiap kali membaca, Fitria seringkali gelisah dengan ending cerita. Dari kegelisahan itu, ada keinginan dari Fitria untuk membuat cerita dengan ending yang sesuai idenya. Dari situ, ia mulai tertarik dunia kepenulisan. Fitria mulai aktif menulis saat SMP. Menulis dengan mesin ketik pun pernah ia rasakan. Namun, dengan ketekunan dan semangatnya, tak jarang tulisannya terbit di beberapa media. Beberapa karya juga ia kirim ke penerbit dan tak sedikit yang ditolak, tetapi hal tersebut tidak pernah menyurutkan langkahnya untuk terus menulis. \"Ada sekitar 17 naskah yang pernah ditolak,\" ceritanya, kepada Radar. Hingga satu waktu, Fitria menulis cerpen dan dilirik oleh salah satu perusahaan penerbitan di Jakarta. Karena masih polos, ia justru gagal karena karyanya dijiplak orang lain. Meski begitu, bakat menulisnya ia asah terus secara otodidak tanpa kenal menyerah. Terlanjur di Jakarta, Fitria yakin karir kepenulisannya akan berhasil. Ia merantau meski orang tuanya tak setuju. \"Orang tua awalnya gak yakin, ngapain sih ke Jakarta. Orang kampung mana bisa sukses katanya,\" ujar wanita kelahiran Indramayu, 30 Juni 1984 itu. Untuk mewujudkan keinginannya, Fitria nekat mendatangi satu per satu production house yang ada di Jakarta. Banyak menjalin komunikasi dengan para kru di production house dan perusahaan televisi, membawa Fitria menjadi seorang script writer. Fitria mulai dipercaya menjadi script writer di beberapa program televisi seperti news, sinetron, talk show bahkan sudah lebih dari 200 judul FTV di salah satu televisi swasta. Fitria terus mengasah kemampuannya dan memfokuskan diri menjadi seorang script writer ber-genre horor etnik atau yang bertema seni, budaya dan sains. Genre ini menggabungkan mitos-mitos yang diyakini oleh masyarakat dengan sains. Fitria selalu memasukkan unsur baru dalam setiap cerita horornya, sosok hantu dibuat keren dan tidak lagi menakutkan. Fitria mencoba meluruskan mitos-mitos yang terjadi pada masyarakat dengan pembuktian berdasarkan fakta-fakta ilmiah. Menurut ibu satu anak ini, menulis skenario itu menantang karena menuntut keseriusan dalam pengolahannya. \"Salah satu tantangan menulis skenario adalah kita harus bisa bekerja dalam tim, karena proses kreatifnya selalu melibatkan sutradara dan produser. Keterlibatan produser juga kadang ”memaksa” saya menyelesaikan skenario dalam tenggat waktu tertentu, dan ini bisa jadi tantangan tersendiri,\" katanya. Saat ini, ia tengah menulis skenario untuk episode serial komedi di salah satu stasiun tv swasta dan menggarap cerita layar lebar. Satu prestasi yang belum lama ini Fitria dapat yakni mendapatkan penghargaan dalam Festival Film Bandung sebagai Penulis Skenario Film Televisi Terpuji (Bukan Siti Nurbaya) bersama Deadline Creative Team. Setelah aktif di kota orang, Fitria kembali ke Cirebon. Ia mengaku ingin berbagi pengalaman di dunia kepenulisan, khususnya menjadi script writer dan berupaya untuk mencetak penulis handal di Cirebon lewat Deadline Creative, Komunitas Penulis Skenario di Cirebon bersama sang suami, Asep Hidayatullah. “Impiannya sih bikin sekolah menulis gitu yang terjangkau untuk masyarakat. Karena kuliah menulis kan biayanya nggak murah. Andai ada investor atau donatur yang tertarik dengan program kami, kami persilahkan. Lahan untuk bangunan dan SDM pengajar sedang kami persiapkan,\" harapnya. (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: