Masyarakat Harus Kreatif Menanam Cabai
MAJALENGKA – Kenaikan harga cabai yang terjadi di sejumlah daerah harus disikapi secara serius. Hal tersebut diungkapkan Batuud Koramil 1713 Ligung, Pelda Dedi Suryadi SSOs. Pihaknya menggandeng lembaga pendidikan agar momentum melambungnya harga cabai dapat dijadikan sebagai sarana belajar bagi siswa sekolah. “Alhamdulilah benih cabai yang kemarin telah disemai sudah mulai ditanam. Kami melibatkan anak sekolah sebagai sarana pengenalan bercocok tanam. Ini juga sebagai pengetahuan bahwa belajar bukan hanya di dalam ruang sekolah saja,” jelasnya, Kamis (12/1). Menurutnya harga cabai tidak akan melambung jika masyarakat, pemerintah, ibu rumah tangga serta lainnya memiliki inisiatif menanam cabai di sekitar rumah. Apalagi cabai merupakan kebutuhan sehari-hari, meskipun bukan tanaman musiman yang memerlukan ruang banyak. Cara menanam juga tidak memiliki teknis khusus. Sehingga kreativitas dan kesadaran semua pihak diyakini menjadi solusi mengantisipasi tingginya harga cabai. Jangan salahkan pemerintah ketika harga cabai melonjak, tetapi perlu kreativitas serta tumbuh kesadaran dari semua pihak. “Kalau semuanya seperti itu maka kami yakin kedepan harga cabai tidak menggila bahkan melebihi harga daging. Ketika semuanya menanam, maka tidak akan ada perpindahan suplai dari satu daerah ke tempat lain,” pesannya. Pemerintah juga harus mendukung melalui informasi tentang lokasi atau sentra tanaman cabai di sejumlah daerah. Sehingga ketika ada salah satu daerah yang tidak terdapat tanaman cabai, unsur pemerintahan bisa menggerakkan masyarakat di daerah tersebut. Hal itu juga dapat mengantisipasi kenaikan harga cabai. Sementara informasi yang dihimpun, harga cabai rawit di pasar tradisional Cigasong sudah menembus Rp140 ribu per kilogram. Guna menyiasati kenaikan harga yang terus melambung, sejumlah warga di Majalengka terpaksa mengoplos cabai segar dengan cabai kering. “Cabai kering ini lebih murah dibanding cabai segar. Mahalnya harga cabai membuat saya harus berfikir untuk tetap mendapat komoditas ini. Karena keluarga saya sangat menyukai makanan yang pedas, jadi mau tidak mau harus tetap mengkonsumsi cabai kering dengan harga lebih murah yakni Rp50 ribu per kilogram,” turut salah seorang pembeli, Ernawati. Sementara salah seorang pedagang sembako, Rina mengatakan saat ini cabai busuk terutama yang sudah dikeringkan banyak dicari konsumen. Mereka membeli cabai tersebut untuk dicampur dengan cabai segar saat diolah menjadi sambal atau jenis masakan lainnya. Hingga saat ini, harga cabai rawit masih mahal karena pasokan yang masuk ke Pasar Cigasong masih sangat minim. Padahal kebutuhan terhadap komoditas tersebut masih sangat tinggi, seiring masih banyaknya warga yang menggelar hajat pernikahan atau khitanan. “Warga yang membeli cabai rawit busuk selain digunakan sendiri juga untuk djual kembali. Tidak seutuhnya busuk sih, para pembeli suka memilih mana yang masih layak atau tidak,\" tuturnya. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: