Kondisi Kebun Binatang Bandung Memprihatinkan

Kondisi Kebun Binatang Bandung Memprihatinkan

BANDUNG-Pagi itu, Kebun Binatang Bandung baru saja buka selama 45 menit. Suasana saat memasuki gerbang 1 yang berseberangan dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) masih lengang. Menyusuri jalan menurun sepanjang 200 meter, terletak kandang terbuka berisi empat beruang berjalan mondar-mandir. Diantara mereka, satu beruang terlihat mencolok dibanding lainnya. Selain sebagai satu-satunya jantan di tempat tersebut, dia terlihat paling kurus dibanding yang lain. Beruang bernama Kardit itu sering kali berdiri dan mengerang saat melihat pengunjung mendekat. Apalagi, saat melihat pengunjung memperlihatkan makanan seperti pisang, pepaya, atau kacang. Seiring dengan erangan tersebut, tulang rusuknya terlihat jelas naik turun. Beruang berusia 20 tahun inilah yang menjadi artis karbitan semalam. Setelah media asing mengunggah artikel tentang dia yang terlihat kurus dan seakan mengemis makanan dari pengunjung. Hal itu kembali membuat publik terutama simpatisan hak-hak satwa kembali mengutuk Yayasan Margasatwa Taman Sari (YMT) sebagai pengelola lokasi tersebut setelah insiden matinya sang gajah, Yani, tahun lalu. Kardit di sana bersama dengan istri, putri, dan satu beruang betina lainnya. Kandang itu dikelilingi parit dengan air dangkal yang keruh. Seharusnya, air di parit itu diganti namun ditunda karena alasan kunjungan media. ”Kalau kami kuras, artinya beruang harus dimasukkan dalam kerangkeng. Tapi, kami ingin memperlihatkan kepada media bagaimana kondisi mereka,” jelas Kepala Humas YMT Sudaryo di depan kandang beruang tersebut, kemarin (19/1). Menurut pengakuan pengelola, 11 beruang madu yang ditampung dalam dua kandang terpisah dirawat dengan baik. Setiap beruang dijatah makanan sebanyak 5 kilogram per hari. Biasanya dibagi dalam pakan pagi awal jam operasional dan sore saat akan tutup. Soal kesehatan pun, YMT mengaku punya dua dokter spesialis satwa liar yang setiap hari keliling untuk memeriksa kondisi mereka. Anehnya, saat ditanya tentang rekam jejak kesehatan seperti berat badan, Sudaryo mengaku tak tahu pasti. Menurutnya, selama ini pemeriksaan kesehatan hanya dilakukan dengan pemantauan di luar kandang. Alasannya, mereka merasa cukup dengan hanya memantau jika ada gejala aneh atau nafsu makan yang berkurang. ”Kalau diukur beratnya kan susah. Yang penting kami lihat lincah dan nafsu makan kuat, kami sudah puas,” terangnya. Namun, masyarakat yang mengunjungi tak mau percaya soal alasan pengelola. Lilis Siti Karlinawati (43), guru TK Karya Putra yang sedang mengantarkan muridnya untuk melakukan kunjungan tahunan salah satunya. Dia mengaku prihatin melihat beruang yang tampaknya semakin kering setiap tahun dia berkunjung. ”Tahun lalu saya lihat mah nggak kayak gitu, Sekarang saya lihat lebih kecil,” ingatnya. Otomatis, banyak orang yang prihatin melihat berita yang menyebar luas itu. Misalnya, Andi Laksana yang sengaja izin dari kantor untuk membeli 6 sisir pisang dan dua buah pepaya untuk diberikan kepada satwa termasuk beruang. ”Kalau menurut kami, nggak tega lah lihat satwa-satwa kurus meski mereka dinilai lincah,” ungkapnya. Hal tersebut tak ayal membuat aktivis hak satwa sekaligus species specialist World Wildlife Fund (WWF) Indonesia Sunarto bersikap nyinyir. Menurutnya, hal tersebut membuktikan bahwa manajemen Kebun Binatang Bandung masih amburadul. Salah satunya, bagaimana manajemen gagal menjamin pemantauan kesehatan yang komprehensif untuk satwa yang dinaungi. ’’Menurut saya, pemantauan kesehatan dengan mengecek berat badan itu standar minimal. Tapi, hanya mengandalkan penglihatan saja tanpa pemeriksaan itu artinya mereka tidak bertanggung jawab,’’ jelasnya. Dia tak menampik, memang bentuk badan yang ramping tak mencerminkan satwa tersebut kelaparan atau mengalami malnutrisi. Karena aktifitas di kebun binatang memang tak seberat aktiftas di dunia liar. Namun, hal tersebut bukan berarti tubuh langsing yang lincah berarti kondisi yang fit. Banyak faktor yang harus diperiksa untuk mengetahui apakah memang kondisi tersebut normal. Mulai dari faktor pencernaan hingga metabolisme tubuh. ’’Apalagi, beruang-beruang ini terekspos dengan makanan-makanan rawan yang dilempar oleh pengunjung,’’ imbuhnya. (bil/mia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: