Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1.500 Per Kilo

Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1.500 Per Kilo

CIREBON - Musim hujan bagi para petani garam bisa jadi berkah atau bencana. Saat musim hujan mereka tidak bisa lagi memproduksi garam. Sementara harga garam saat musim hujan melambung hingga Rp 1200/kg. Selama berhenti memproduksi garam, para petani garam menggarap lahan garam menjadi tambak ikan. Mereka menanan ikan bandeng, udang dan lainnya. Seperti halnya lahan garam yang berada di Desa Bandengan Kecamatan Pangenan. Salah seorang petani garam, Kasim mengatakan, saat berhenti produksi garam, banyak petani menggunakan lahan untuk tambak ikan. Hal ini dilakukan agar bisa mengisi kekosongan produksi saat musim hujan. Karena saat musim hujan tidak mungkin bagi petani garam untuk berproduksi. \"Kita butuh sekitar enam sampai tujuh hari untuk menjemur agar menjadi kristal, kalau hujan terus ya gagal,\" ujarnya kepada Radar Cirebon. Dia mengatakan, selama musim hujan seluruh lahan garam berhenti produksi. Para petani garam pun banyak yang menganggur. Beberapa memilih mengarap sawah. Santina sendiri lebih menyulap lahan garam itu menjadi tambak udang dan ikan. \"Kalau bicara untung, lebih untung membuat garam daripada tambak udang atau ikan. Karena kalau bikin garam biaya produksi kecil, tapi hasilnya lumayan,\" tukasnya. Sebanyak empat petak lahan garam yang dia sewa selama setahun itu, ditanami sebanyak tiga ribu bibit udang dan bandeng. Hasilnya bisa dipanen dalam tiga hinga empat bulan. Berbeda dengan garam yang bisa dipanen empat hingga lima hari. \"Kalau udang dan ikan kan cukup besar modalnya, belum biaya pakan, hasilnya lumayan daripada kosong,\" katanya. Tak hanya itu, di balik berhentinya produksi garam saat musim hujan, harga garam saat musim hujan melambung tinggi dibandingkan dengan harga garam saat musim kemarau. Harga garam musim hujan bisa mencapi Rp 1200 bahkan Rp 1500/kg. Padahal harga garam tatkala kemarau hanya dihargai Rp 150/kg. Tingginya harga garam di pasaran ini, membuat para tengkulak garam untung. Saat musim hujan seperti ini, produksi garam terhenti. Akibatnya stok garam pun menipis. Sementara permintaan pasar terus menerus. \"Kalau garam kan ibaratnya sudah menjadi kebutuhan pokok setiap hari. Apapun pakai garam jadi permintaannya ya terus menerus,\" ungkapnya lagi. Sejauh ini, pihaknya menjual garam ke seluruh wilayah di Pulau Jawa. Sementara untuk stok garam, kata dia, saat ini sudah bisa mencukupi permintaan pasar hingga satu tahun ke depan.\"Stok garam masih bisa untuk satu tahun,\" sebutnya. Kebanyakan garam diperlukan untuk kebutuhan industri seperti percetakan, tekstil, dan lainnya. Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga hanya sedikit. \"Banyaknya untuk industri, saya jual ke berbagai wilayah di Pulau Jawa,\" sebutnya. Harga garam di tingkat petani sendiri saat ini Rp 750/kg. Harga ini kemudian dijual kembali oleh tengkulak Rp 900/kilo. Sehingga tengkulak mendapatkan untuk Rp 150/kilo. \"Harga jual garam sekarang memang lagi tinggi, tapi produksi lagi gak ada karena lagi musim hujan. Susah kalau maksa juga pasti gagal terus,\" tukas Sanita, salah seorang petani garam menambahkan. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: