Tidak Hanya Lahan, Pertanian Juga Butuh Regenerasi SDM

Tidak Hanya Lahan, Pertanian Juga Butuh Regenerasi SDM

MAJALENGKA - Maraknya industrialisasi di sejumlah kawasan membuat lahan pertanian di Kabupaten Majalengka kian menyusut. Sehingga keberadaan lahan tersebut harus diproteksi. Namun, yang tidak kalah penting adalah memastikan sumber daya pertanian dengan regenerasi. Praktisi pertanian, Sulistiyo menyebutkan, jika luas lahan pertanian saat ini mesti berbanding lurus dengan sumber daya pertanian. Sedangkan fenomena saat ini adalah semakin pudarnya minat masyarakat untuk menjadi petani. Terutama terlihat saat memulai masa tanam maupun panen raya. “Sekarang rata-rata pelaku pertanian adalah generasi berumur dan tentu perlu regenerasi. Sementara untuk mencetak petani-petani baru cukup sulit, karena dunia pertanian saat ini kurang diminati,” ujar dia. Sehingga, salah satu caranya untuk menumbuhkan minat bergelut di bidang pertanian adalah dengan mempelopori sistem pertanian modern. Bertani tidak identik dengan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Buktinya, tidak sedikit bos sawah atau kebun itu yang usianya masih muda. “Untuk memancing minat generasi muda bertani tidak bisa hanya digembar-gembor lewat lisan. Harus diberi contoh bahwa usaha di bidang pertanian menguntungkan, bahkan pendapatan bisa berkali lipat dari gaji pegawai. Apalagi dibarengi contoh pengelolaan pertanian yang modern,” paparnya. Hal senada diungkapkan praktisi pertanian lainnya, Soleh. Mencetak generasi petani baru sebetulnya mesti dicontohkan langsung, minimal oleh orang tua mereka yang pengalaman dan bisa meraih sukses dari usaha pertanian. Sehingga anak-anaknya diharapkan ada yang berminat melanjutkan usaha pertanian orang tuanya. “Di daerah Argapura, petani bawang daung di sana tidak pernah putus, karena orang tua mencontohkan langsung. Usaha pertanian bawang daun itu kalau pas untung bisa kebeli mobil baru, jadi banyak yang mempertahankan. Kalau hasilnya jelek memang ada ruginya, namanya juga usaha ada pasang surutnya,” ujarnya. Sementara petani bawang asal Argapura, Bayu mengaku awalnya dia bekerja di salah satu perusahaan di Majalengka karena tidak tertarik meneruskan usaha bertani bawang daun orang tuanya. Tapi ketika mencoba terjun ke usaha pertanian, ternyata untungnya cukup besar bahkan jauh lebih tinggi dari pengahasilannya sebagai pekerja di perusahaan. “Saya memutuskan berhenti dari perusahaan dan menggeluti usaha bertani bawang daun di kampung halaman. Ketika bekerja di perusahaan hanya tinggal di rumah kos, sekarang sudah bisa membangun rumah dan membeli mobil sendiri,” pungkasnya. (azs) PERTANIAN: Petani didominasi usia tua, sehingga regenerasi petani harus dicontohkan langsung untuk memancing minat generasi muda. FOTO: AZIS MUHTAROM/RADAR MAJALENGKA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: