Mahasiswa Tolak Beri Keterangan, Aparat Keamanan Pilih Jaga di Luar
SORE itu tiga buah bus dan beberapa sepeda motor yang ditumpangi para mahasiswa mendatangi Gedung Perjanjian Linggarjati. Penumpang di bus, baik laki-laki maupun perempuan langsung turun dan menuju bagian atas gedung. Kepada pengelola, mereka meminta izin untuk melihat suasana di dalam gedung yang pernah digunakan Pemerintah Republik Indonesia dan Belanda berunding. Namun karena sudah sore dan pengelola juga sudah menyatakan tutup, permintaan mereka tidak bisa dipenuhi. Akhirnya para mahasiswa yang menggunakan jaket almameter masing-masing universitasnya itu memilih berkumpul di halaman parkir bagian bawah gedung. Mereka kemudian menggelar upacara. Pesertanya berdiri melingkar. Seorang orator berdiri di tengah lingkaran. Tak lama terdengar suara orator membacakan Sumpah Pemuda yang kemudian diikuti mahasiswa lainnya. Setengah jam lebih mereka melakukan upacara. Pengelola Gedung Perjanjian Linggarjati, Yayat mengatakan, dirinya sama sekali tidak mengetahui maksud kegiatan para mahasiswa tersebut. Saat itu pihaknya kedatangan para mahasiswa yang meminta izin untuk masuk ke dalam gedung, dan ingin melihat tempat duduk Sutan Syahrir saat mengikuti perjanjian Linggarjati. Namun karena khawatir para mahasiswa itu duduk-duduk di kursi di dalam gedung naskah, ditambah lagi jam operasional sudah tutup, permintaan mereka tidak bisa dipenuhi. \"Awalnya mereka datang dan meminta izin untuk masuk ke dalam gedung. Tapi karena sudah sore dan jumlah mereka juga cukup banyak, akhirnya permintaan itu kami tolak. Kami khawatir kalau mereka masuk semua dan seenaknya duduk, akan merusak keaslian barang-barang yang ada di dalam gedung. Apalagi furniture yang ada di dalam itu masih asli dan susah mencari duplikatnya. Makanya kami menolak mereka untuk masuk ke dalam,\" papar Yayat. Dia juga mengakui kalau para mahasiswa itu sebelumnya tidak mengajukan atau melayangkan surat untuk melihat ke dalam gedung. Kedatangan yang mendadak serta di luar jam kerja, terpaksa ditolaknya. \"Kalau datangnya pagi atau siang, silakan-silakan saja untuk melihat peninggalan sejarah yang ada di gedung naskah. Kami hanya meminta agar mereka juga bisa menjaga peninggalan sejarah ini. Namun karena sudah di luar jam kerja, ya akhirnya kami menolak permintaan mereka,\" tutur dia. Menjelang salat magrib, para mahasiswa membubarkan diri. Sejumlah mahasiswa yang berhasil ditemui Radar menolak memberikan keterangan. Mereka menyebut nama Yudi yang bisa memberikan pernyataan. \"Saya kuliah di Cirebon, dan kebetulan teman-teman dari universitas lain datang. Tujuannya untuk silaturahmi. Tapi karena gedung naskah sudah tutup, teman-teman memilih untuk kumpul di halaman gedung saja. Untuk lebih jauhnya silakan tanya ke Yudi, pemimpin rombongan,\" kata beberapa mahasiswa. Ketika ditanya siapa yang namanya Yudi, seorang mahasiswa langsung menyahutnya. Tapi Yudi menolak memberikan pernyataan, dan menyuruh untuk bicara ke korlapnya. \"Wah saya tidak bisa memberikan keterangan. Di Cirebon sudah jumpa pers, jadi sama saja. Coba hubungi saja korlapnya. Biar nanti dia yang menjelaskan,\" jawab Yudi tanpa menyebutkan siapa nama korlap yang dimaksudnya. Sementara di luar Gedung Naskah, aparat keamanan dari Polisi Sektor Cilimus, Polres Kuningan dan Koramil terlihat melakukan pemantauan. Sejak pukul 16.00 sampai 19.00 WIB, aparat keamanan terus memantau. Bahkan Kapolsek Cilimus, Kompol Sri Muktiningsih ikut melakukan pengamanan. \"Ini pengamanan biasa saja seperti kegiatan lainnya. Jumlah personel yang ada juga terbatas,\" tukasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: