Densus Kejar Rampok

Densus Kejar Rampok

CIREBON – Peristiwa perampokan yang terjadi di Pengampon, Cirebon, Senin lalu (23/8) mendapat perhatian dari Mabes Polri dan Polda Jawa Barat. Mabes menerjunkan Densus 88 untuk membantu Polres Cirebon Kota mengungkap kasus tersebut. Sat Reskrim Polres Cirebon Kota juga telah mengirimkan barang bukti berupa 2 butir selongsong peluru FN yang diduga milik pelaku ke Puslabfor Mabes Polri untuk diuji balistik. Kapolres Cirebon Kota AKBP Drs Herukoco MSi kepada Radar mengatakan kini pihaknya memperketat penjagaan di seluruh obyek vital. “Prioritas penjagaan dan penambahan personil yaitu komplek perkantoran, bank, toko emas, dan rumah dinas pejabat,” ujarnya. Menurut Herukoco, Polres Cirebon Kota menambah kekuatan personil untuk menjaga kantor perbankan. Para petugas polisi dilengkapi senjata mesin otomatis jenis Senjata Serbu (SS). Selain itu, puluhan tim reaksi cepat dan para penembak jitu (sniper) Satuan Sabhara Polres Cirebon Kota dilengkapi senjata lengkap menggunakan sepeda motor juga melakukan patroli. Tim sniper motoris ini dibagi menjadi 3 regu. Masing-masing regu berjumlah 8 orang yang 4  diantaranya sniper dengan cara berboncengan dilengkapi jenis senjata ruger (senjata khusus sniper) dipimpin langsung Kasat Sabhara AKP R Nana Ruhiana dan Danton Sniper Briptu Jaka Subahtiar. Penjagaan maupun patroli ini dilakukan untuk memberikan rasa aman terhadap warga Kota Cirebon pasca peristiwa perampokan yang menimpa 2 karyawan SPBU di Jl Pengampon, dua hari lalu. Selain polisi berseragam, petugas berpakaian preman dari Sat Reskrim maupun Sat Intelkam Polres Cirebon Kota pun disebar. Bukan hanya di komplek perbankan dan toko emas. Mereka disebar di lokasi titik rawan kejahatan jalanan. Kapolres  Herukoco juga mengimbau agar nasabah bank bisa menggunakan pelayanan pengawalan polisi. “Bagi nasabah yang baru mengambil uang atau akan disetorkan ke bank, diimbau untuk menggunakan jasa pelayanan pengawalan polisi. Ingat, pengawalan polisi tidak dipungut biaya,” imbuhnya. Pecatan Polisi Suplai Senpi Secara terpisah, Mabes Polri mengakui peredaran senjata gelap masih susah dibendung. Meski begitu, aparat kini fokus untuk melakukan razia senjata dan mendata ulang senjata api yang beredar di masyarakat. “Peredaran senjata api saat ini memang memprihatinkan. Fakta di lapangan, jumlah senjata api yang beredar saat ini kita tidak tahu, Ini kelemahan kita semua,” ujar Kepala Divisi Humas Polri  Brigjen Iskandar Hasan. Mantan Kapolda Bangka Belitung itu mengakui jika peredaran senjata api saat ini sulit dilacak. Tidak sedikit, senjata api ilegal masuk melalui daerah yang minim pengawasan polisi. Seperti daerah perairan yang kerap digunakan sebagai lokasi untuk menyelundupkan senjata api. “Kita memiliki daerah perairan yang sangat luas dan sulit untuk dikontrol. Semua pantai tidak terpantau semua. Mereka (penyelundup) masih memiliki celah, meski kita sudah membangun pos keamanan di beberapa pantai,” katanya. Perampok di Medan dan beberapa wilayah lainnya menggunakan senjata api genggam dan juga laras panjang. Di Medan misalnya, mereka menggunakan senpi FN, AK 47 dan AK 56. Senjata ini diduga mudah beredar di pasar gelap. Dalam beberapa kasus kriminal yang berhasil dibongkar polisi, biasanya tersangka mengakui senjatanya berasal dari “orang dalam”. Misalnya, dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Eksekutor Nasrudin, Daniel, mengaku revolver Colt 38 nya didapat dari oknum anggota Brimob dan oknum anggota TNI AL. Senjata itu ternyata tidak teregistrasi karena ditemukan saat tsunami Aceh, diperbaiki, lalu dijual ulang. Dalam kasus latihan terorisme di Aceh, para pelaku secara terang-terangan berhasil mendapat senjata dari oknum pecatan polisi bernama Sofyan Tasuri. Selain itu, mereka juga berhasil mereparasi sisa-sisa senjata konflik Aceh yang rusak. Wakil Kepala Divisi Humas Polri Kombes Ketut Yoga Ana menegaskan salah satu perampok yang terlibat di Medan terkait dengan  kasus perampokan di Aceh Timur.  “Dia juga terlibat perampokan pada tahun 2009 di Marelan, Medan. Dia juga ditangkap atas kepemilikan senjata SS-1 yang sudah lebih dulu disita Poltabes Medan,” ujar Ketut. Perampok berinisial MRA itu juga diketahui memiliki satu senapan serbu militer lain bertipe AK47, yang dipinjamkan kepada temannya. Perampokan yang terjadi di beberapa daerah, termasuk di Cirebon, dalam waktu berdekatan itu tentunya membuat Polri harus bekerja ekstra keras melakukan pengungkapan. Polri juga belum bisa menyimpulkan apakah kejadian perampokan itu terkait satu dengan yang lainnya. “Perampokan ini memang terjadi di beberapa daerah, namun kita belum bisa menyimpulkan apakah terkait satu sama lain,” katanya. Pengamat intelijen Wawan Purwanto menilai senjata yang beredar di pasar gelap masih sangat banyak. “Dengan 1000 dollar beli pistol itu gampang,” kata doktor ITB itu. Pintu-pintu masuk Indonesia dari beberapa negara juga masih sangat rawan untuk masuknya senpi ilegal. “Transit di pulau-pulau terluar dan dibawa masuk dengan jalur konvensional misalnya dengan kapal nelayan,” katanya. Wawan juga yakin senjata sisa konflik masih banyak. “Memang sebagian besar kondisinya rusak. Tapi, bisa direparasi dan dirakit sehingga sama berbahayanya,” kata dosen tamu di Institut Intelijen Negara itu. (rdh/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: