AS Boikot Pidato Ahmadinejad

AS Boikot Pidato Ahmadinejad

WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) mengancam akan memboikot pidato Ahmadinejad pada sidang umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).  Menyusul penghinaan yang dilakukan oleh Presiden Iran itu kerap melontarkan penghinaan kepada AS, Isreal dan sekutunya. \"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah melihat Ahmadinejad sekali lagi menggunakan kunjungannya ke PBB tidak dalam kapasitas membawa aspirasi yang sah dari rakyat Iran tetapi hanya melontarkan teori paranoid dan penghinaan menjijikkan terhadap Israel,\" kata juru bicara AS di PBB, Erin Pelton seperti diberitakan AFP, Rabu (26/9). \"Amerika Serikat telah memutuskan untuk tidak hadir,\" tambah Pelton. Selama ini, AS, Israel dan negara-negara Barat lainnya melakukan \'walkout\' selama pidato Ahmadinejad di PBB. Ini akan menjadi penampilan terakhir Ahmadinejad di Majelis Umum PBB karena pada tahun depan dirinya akan turun sebagai Presiden Iran setelah menduduki jabatan presiden selama dua kali. Sebelumnya, Ahmadinejad meremehkan ancaman perang yang terus dilontarkan pemerintah Israel atas fasilitas nuklirnya. Ditegaskannya, Iran tidak takut dengan ancaman sekelompok Zionis tersebut. \"Iran adalah negara hebat, yang sepanjang sejarah, telah berulang kali mengalami serangan-serangan, namun selalu bernasib baik melewai masa-masa sulit,\" kata Ahmadinejad. \"Dan sekarang, negara ini juga tidak takut dengan ancaman kosong oleh sekelompok Zionis,\" cetusnya. Hal tersebut disampaikan pemimpin Iran itu kepada media Jepang, NHK di sela-sela sesi Sidang Majelis Umum PBB yang berlangsung di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat. Sementara itu, Sidang Umum PBB membahas permasalahan negara-negara di dunia. Ada 5 isu besar yang diperdebatkan di sidang yang digelar di Markas PBB, New York City, New York, Amerika Serikat (AS) itu. Kelima isu besar tersebut seperti dilansir CNN adalah konflik di Syria, konflik Israel-Palestina, AS paksa Iran hentikan pengayaan nuklir, kecaman pada film innocence of muslims dan krisis di Sahel Afrika. (dtc/net)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: