Longsor dan Tanah Bergerak, 135 Warga Gumulung Lebak Diungsikan

Longsor dan Tanah Bergerak, 135 Warga Gumulung Lebak Diungsikan

CIREBON - Longsor dan pergerakan tanah terjadi di Dusun 2 Parenca Desa Gumulung Lebak, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon. Penyebabnya, air sungai Cikanci deras meluap. Imbasnya, sekitar 135 warga harus diungsikan di halaman Balai Desa Gumulung Lebak, Sabtu (18/2). Kuwu Gemulung Lebak Juned Junaedi mengungkapkan, awalnya Kamis (16/2) malam, hanya dua rumah yang di dalamnya terdapat retakan tanah, milik Ibah dan Sadri. Kemudian merembet ke arah timur sampai musala dan beberapa rumah. Lalu selang waktu terjadi lagi longsoran. “Memang setiap jam setiap detik juga tanah tersebut selalu bergerak sehingga merembet terus menerus,” tutur Juned. Begitu kondisi longsor dan pergerakan tanah semakin parah, pihaknya langsung meminta agar penghuni rumah segera mengosongkan rumah masing-masing. Karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Alhamdulillah hingga saat ini tidak memakan korban jiwa. Karena dari awal juga kita lakukan evakuasi, terutama penghuninya. Sampai saat ini rumah dikosongkan semua, saya ungsikan ke kantor desa dulu, yang sebagian ada di saudara-saudaranya,” ujar Juned. Pihaknya sangat bersyukur, banyak pihak yang terlibat dalam membantu para warganya yang menjadi korban longsor dan pergerakkan tanah. Warga beserta komunitas SAR dan BPBD mengevakuasi material rumah-rumah tersebut agar material rumah bisa kembali dimanfaatkan warga. “Yang paling parah ada dua rumah, namun yang kita suruh kosongkan ada tujuh rumah. Itu akan kita bongkar, yang bisa kita selamatkan ya diselamatkan, material rumah-rumah kita selamatkan,” ungkapnya. Sementara itu, Jembatan Cikanci di Desa Gumulung Lebak pun mengalami kerusakan, penyangga bagian bawahnya putus akibat terjangan air sungai. Khawatir retak lebih parah, jembatan diportal agar tidak dilewati mobil. Petugas BPBD Kabupaten Cirebon, Eman Sulaeman Eman berharap agar warga bisa mengosongkan rumahnya yang berada dalam batas zona berbahaya tanah bergerak dan longsor. “Ada sekitar 22 rumah yang kita minta dikosongkan. Sedangkan yang paling berbahaya itu ada sekitar 6 rumah dan satu musala. Sehingga 6 rumah itu dibongkar tim dan diambil materialnya saja untuk bisa dimanfaatkan di kemudian hari,” ujar Eman. Pihaknya saat ini masih melakukan pendataan terkait longsor dan pergerakan tanah ini. “Masih kita data, dan kita akan laporkan kepada Pemkab Cirebon maupun Pemerintah pusat,” tutur Eman. Sementara itu, salah seorang korban, Sadri mengatakan, memang rumahnya dalam kondisi yang sangat berbahaya. Lantai rumahnya sudah pada pecah-pecah. \"Tanahnya juga bergerak. Jadi saya takut kalau ada apa-apa,\" tutur Sadri. Sadri belum tahu akan bagaimana ke depan jika rumahnya terkena longsor. “Ya pasrah saja, terus mau bagaimana lagi,” kata Sadri. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: