Harga Cabai Rawit Mahal tapi Petani Tak Menikmati Untung

Harga Cabai Rawit Mahal tapi Petani Tak Menikmati Untung

CIREBON - Rombongan Kementerian Pertanian RI meninjau langsung sentra-sentra pertanian di wilayah Kabupaten Cirebon, Rabu (8/3). Salah satu titik yang didatangi adalah Desa Tawangsari, Kecamatan Losari.

Rombongan tiba sekitar pukul 10.00 WIB, menggunakan empat mobil. Mereka langsung turun di areal pertanian desa tersebut dan berdialog dengan sejumlah kelompok tani dan perangkat desa.

Dirjen Holtikultura Kementan RI, Spudnik Sujono dalam kesempatan tersebut memastikan stok pangan untuk persiapan menyambut momen Ramadan dan Lebaran aman. Terlebih untuk awal Maret ini, sejumlah petani di beberapa wilayah sudah mulai masuk musim tanam.

“Di sini kan sudah mulai tanam. Mudah-mudahan dua bulan atau tiga bulan lagi, saat panen hasilnya bagus. Nanti kan bertepatan dengan momen Ramadan,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah melalui Bulog sudah siap membeli hasil panen para petani. Bukan hanya padi namun bawang dan cabai pun menjadi komoditi yang harus dibeli Bulog. Hal tersebut tertuang dalam Perpres Nomor 20 Tahun 2017 Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.

Spudnik pun menyinggung tentang tingginya harga cabai rawit yang terjadi beberapa bulan terakhir. Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah para pengepul besar lebih memilih menjual ke pabrik-pabrik olahan makanan dari bahan dasar cabai rawit.

Sehingga di pasar terjadi kelangkaan yang menyebabkan harganya menjadi melambung tinggi dari harga normalnya. Harga di kisaran termurah Rp 17 ribu dan termahal Rp 29 ribu.

“Masyarakat kita dipaksa membeli cabai dengan harga industri. Ini yang tidak benar. Padahal untuk industri sudah ada stok sendiri. Ini ada pemainnya. Beberapa sudah diproses Bareskrim. Dan perlu dicatat, di luar sana pemainnya masih ada. Ini baru awal penindakan. Kita akan tegas terhadap pengepul yang nakal,” imbuhnya.

Saat ini, pihaknya sedang melakukan pemetaan dan melihat potensi-potensi untuk meningkatkan hasil pertanian. Dia meminta dinas terkait untuk mendorong kelompok-kelompok petani untuk mengajukan program melalui proposal, sehingga produksi pertanian bisa ditingkatkan.

Sementara itu, Kuwu Desa Tawangsari, Nuridin mengatakan, sebagian besar warga Tawangsari menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Namun menurutnya, petani jarang sekali menikmati hasil dari pertanian. Karena saat panen dipastikan harga-harga komoditi tersebut akan perlahan turun.

“Ini aneh juga saat panen harga menjadi murah, saat masuk musim tanam malah mahal. Petani sih tidak menikmati untung melainkan para pengepul yang berhasil karena mereka menyimpan hasil panen untuk  dijual saat harga sedang tinggi,” ungkapnya. Dalam acara tersebut, Kementan RI memberikan bantuan bibit cabai rawit. (dri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: