Gagal Pertahankan Keunggulan PSG dari Barcelona, Bagaimana Nasib Emery?

Gagal Pertahankan Keunggulan PSG dari Barcelona, Bagaimana Nasib Emery?

KEHANCURAN Paris Saint-Germain (PSG) oleh Barcelona di 16 besar Liga Champions kali ini sungguh tragis. Selain gagal mempertahankan keunggulan margin empat gol inilah finis terjelek PSG di Liga Champions dalam lima musim terakhir. Sebelumnya PSG senantiasa masuk ke perempat final sejak musim 2012-2013 lalu. Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan kejatuhan timnya kemarin. Yang membuat pangeran Qatar ini kian miris, posisi PSG di klasemen Ligue 1 juga tak aman. Les Parisiens, julukan PSG, duduk di posisi runners-up di bawah Monaco dan tertinggal tiga angka (65-62). “Tiga minggu lalu di Paris seluruh dunia begitu takut kepada kami karena dengan perkasa kami menekuk Barca 4-0 namun kemudian hari ini (kemarin, red) kami kalah 1-6. Kenyataan ini sungguh sangat sangat sulit diterima,” kata Al-Khelaifi seperti diberitakan UEFA kemarin. Padahal pebisnis berusia 43 tahun itu menaruh ekspektasi yang luar biasa pada skuad PSG musim ini. Mengganti posisi entraineur dari Laurent Blanc ke tangan Unai Emery, Al-Khelaifi memimpikan nama yang lebih besar bagi PSG di kancah Eropa. Al-Khelaifi jelas kesengsem dengan curriculum vitae Emery yang moncer di Eropa. Pria kelahiran Hondarribia Spanyol itu adalah otak sukses Sevilla memenangi Europa League buat tiga musim berturut. Sevilla hat-trick Europa League musim 2013–2014, 2014–2015, dan 2015–2016. Akan tetapi Al-Khelaifi lupa sesuatu. Bahwa otak sukses Sevilla bukan semata-mata karena peran seorang Emery. Kolaborasi Emery dengan Direktur Sepak bola Sevila Ramon Rodriguez Verdejo atau yang akrab dikenal dengan Monchi menjadikan kekuatan tim Andalusia sangat luar biasa. Lagipula, ESPN di awal musim pernah mengingatkan seandainya Emery ini membawa kutukan. Yakni meski sukses di Eropa, namun pria berusia 45 tahun itu tak punya hoki di ajang kompetisi domestik. Emery kemudian harus rela diledek sebagai pelatih spesialis Europa League dan bukan Liga Champions. Dalam 13 tahun kariernya sebagai pelatih, tak satu pun gelar liga dimenanginya. Baik ketika bersama Almeria, Valencia, Spartak Moscow, sampai Sevilla. Bahkan Trophée des Champions yang dimenanginya musim panas lalu bersama PSG adalah trofi domestik pertamanya. Nah, dengan tersingkirnya PSG di kancah Liga Champions maka kans meraih trofi PSG tinggal di level domestik. Yakni Ligue 1, Coupe de France, dan Coupe de la Ligue. Jika di Ligue 1 PSG ada di posisi kedua, maka di Coupe de France PSG menapaki babak perempat final. Lantas  Coupe de la Ligue, PSG akan menjalani partai final 1 April mendatang lawan Monaco. Sementara itu, gelandang PSG Marco Veratti berkata comeback yang dilakukan Barca ada di luar akal sehatnya. Kepada L\'Equipe, pemain 24 tahun itu bilang menang empat gol melenakan mereka. “Kami lupa kalau selain bertanding lawan Barca di Parc des Princes, kami juga harus melawat ke Camp Nou. Kekalahan ini membuat kami sebagai tim yang tergulung dalam ingatan orang-orang soal Liga Champions,” tutur Veratti. (dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: