Tiap Hari Baca Koran, Tahu Politik Hingga Sepak Bola
Membaca tidak mengenal usia dan waktu. Tidak ada istilah berhenti untuk menggali ilmu. Jika ada pepatah ‘membaca bisa keliling dunia\' ternyata benar. Bukan berarti keliling dunia untuk rekreasi atau menghambur-hamburkan uang, melainkan tahu dunia dengan semua pengetahuan yang dibaca. TAK ada yang menyangka, seorang pemulung plastik minuman bekas ini ternyata kaya informasi lewat kegiatan rutinnya membaca koran. Wahid (50) namanya. Saat Radar menyambangi kawasan tempat ia beristirahat dari kegiatannya, ternyata ia masih memulung. Meski saat itu hari sudah sore. Setelah menunggu, Wahid datang dengan menggendong karung besar berisi plastik minuman bekas. Awalnya, ia terlihat takut saat wartawan koran ini mendekat. Namun setelah membujuknya, pria asal Karanganyar, Weru, Kabupaten Cirebon, tersebut bersedia berbagi pengalamannya. \"Jangan lama-lama, saya mau pulang,\" ujarnya, kemarin (1/10). Wahid mulai menceritakan kegiatan kesehariannya. \"Saya sehari-hari begini. Berangkat pagi, sore pulang,\" kata dia sambil membereskan hasil mulungnya. Pria empat orang anak ini tak pernah absen membaca koran setiap hari. Ternyata, koran yang dibacanya bukan koran bekas, melainkan koran baru yang ia beli di kawasan Pemuda. Ada dua koran yang ia baca setiap hari, yakni Rakyat Merdeka dan Radar Cirebon. \"Wah biar hujan angin saya tetap baca koran. Buat ngopi atau makan udah ada rezekinya sendiri. Yang penting baca koran,\" ujarnya dengan semangat. Pria yang dikenal dengan nama Jabrig ini mengaku sangat senang membaca sejak kecil. \"Dari dulu saya suka baca. Baca apa aja. Apalagi koran. Saya bisa tahu pertandingan sepak bola dunia, skornya berapa, tentang kasus politik, tahu semua,\" jelas pria yang sudah lima tahun memulung ini. Wahid memanfaatkan waktu istirahat siangnya untuk membaca koran. \"Kalau lagi santai saya baca. Terus korannya saya bawa pulang ke rumah,\" jelasnya. Wahid adalah orang yang beruntung. Karena, tidak hanya dapat penghasilan dari memulung, setiap kali ia menjalani kegiatannya di kawasan Bima, Wahid selalu mendapat uang dari orang-orang yang prihatin dengan kondisinya. \"Kadang ada yang kasih makanan, uang juga pernah. Pas puasa kemarin aja dapet Rp2,5 juta dari orang-orang,\" ceritanya. Wahid menamai dirinya dengan \'gembel Eropa\'. Ia sangat bangga dengan sebutan itu. \"Ya iya lah, gembel Indonesia nggak ada yang kayak saya. Saya biar begini juga kemana-mana selalu bawa surat-surat resmi, kayak KTP,\" ujarnya. Penghasilan minim yang diperolehnya dari memulung tidak lebih dari Rp20 ribu per hari tak membuat Wahid menyerah. Hal tersebut berhasil dibuktikannya. Ia mampu menyekolahkan anak bungsunya ke Institut Teknologi Bandung (ITB). \"Terserah orang mau percaya apa nggak. Alhamdulillah, biar keadaan begini saya bisa sekolahin anak-anak sampe perguruan tinggi,\" pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: