Ponorogo, Potensi Longsor Susulan Tinggi

Ponorogo, Potensi Longsor Susulan Tinggi

JAKARTA- Potensi longsor susulan di Dukuh Tingkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jatim, masih begitu besar. Bukit yang tersisa di sekitar lokasi longsor itu masih dalam kondisi rawan runtuh. Tim Tanggap Darurat Badan Geologi Kementerian ESDM yang datang langsung ke lokasi bencana tersebut merekomendasikan agar warga yang tinggal di belasan rumah di sekitar bukit yang masih utuh itu juga ikut mengungsi. Apalagi bila hujan deras lagi dan berlangsung lama. Tanah menjadi jenuh oleh masuknya air hujan dan tanah pun sangat rawan bisa longsor. “Karena daerah itu memang masuk zona merah. Longsoran susulan sangat mungkin terjadi di sekitar lokasi itu,” ujar Ketua Tim Tanggap Darurat Badan Geologi Kementerian ESDM Eddy Purnomo pada Jawa Pos (Radar Cirebon Group), kemarin. Dia datang bersama empat anggota orang lain. Eddy menuturkan bakal ada pemetaan lebih detail dengan foto udara menggunakan drone di lokasi tersebut hari ini (3/4). Lebih lanjut, Eddy mengungkapkan masih ada banyak daerah di Ponorogo yang rawan longsor. Misalnya desa Bekiring yang juga di Kecamatan Pulung. Kondisi lahan di desa tersebut juga berbukit dan di bawahnya ada rumah warga. Potensi longsor serupa juga bisa terjadi di desa Talun, Kecamatan Ngebel, Ponorogo. Bahkan, menurut Eddy, area yang rawan longsor itu lebih besar dari titik longsor di Kecamatan Pulung. “Masyarakat di Ngebel itu juga sudah diimbau untuk waspada. Kalau malam lebih baik mengungsi. Bahkan sudah ada tempat untuk mengungsi yang disediakan,” ungkap Eddy. Kepala Badan Geologi Ego Syahrial mengungkapkan ada pula laporan pergerakan tanah di Magetan. Tepatnya di Dusun Templek RT 31 RW 04, Gonggang, Kecamatan Poncol, pada Jumat (31/3) malam. Hujan lebat dimulai Kamis sore hingga hingga Jumat dini hari menyebabkan terjadi gerakan tanah pada tebing setinggi 15 meter dan lebar 5 meter. Longsoran itu menimpa rumah warga bernama Sirun. ”Tidak ada korban jiwa dalam kejadian gerakan tanah ini,” ungkap Syahrial. Dia menyebutkan pemilik rumah yang terkena longsor dan sekitarnya itu diharapkan untuk selalu waspada. Sebab, potensi longsor susulan masih cukup besar apalagi bila hujan deras dengan insentitas cukup lama. “Kami imbau juga untuk memasang rambu rawan bencana gerakan tanah untuk meningkatkan kewaspadaan,” jelas dia. Di sisi lain, proses pencarian korban masih terus berlangsung. Sutopo menyampaikan, operasi dibagi menjadi empat sektor. Dalam empat sector tersebut, warga diminta menandai titik mana saja yang merupakan rumah-rumah mereka. Sehingga, pencarian bisa lebih fokus dilakukan. ”Anjing pelacak juga kita terjunkan. Pembagian ini untuk mendistribusikan 1.655 orang tim SAR yang ada di sana. Tidak mungkin disebar begitu saja,” ujarnya. Dari hasil pencarian yang dilakukan kemarin (2/4), tim berhasil mengevakuasi lagi satu korban meninggal. Total, 2 korban meninggal telah ditemukan. Sementara, 26 orang lainnya masih dalam proses pencarian. Dari jumlah tersebut, diketahui ada dua anak-anak yang tertimbun. Diakuinya, faktor cuaca masih jadi kendala utama dalam proses pencaian. Kemarin saja, operasi pencarian harus dihentikan sejak siang hari lantaran hujan deras yang mengguyur lokasi. ”Tanahnya saat kena hujan langsung seperti lumpur. Ini sangat berbahaya. Prinsipnya safety first. Jangan sampai tim SAR malah beresiko,” ungkapnya. Tim SAR juga mengeluhkan kurangnya alat berat untuk mengangkat material longsor yang cukup tebal. Saat ini, baru 7 eskavator yang tersedia. Tim sangat membutuhkan peralatan evakuasi perorangan seperti cangkul, sekop, sepatu karet, jas hujan, dan lainnya. ”Logistik dan air bersih juga mendesak dipenuhi meski sudah ada bantuan yang datang,” tuturnya. Sementara itu, Kementerian Sosial telah menyalurkan bantuan sosial senilai Rp1,34 Miliar bagi korban tanah longsor. Rinciannya, Rp832 juta berupa bantuan logistik terdiri dari paket lauk pauk, family kid, food ware , selimut woll, matras, tenda gulung, tenda keluarga dan sandang paket. Sementara sisanya disiapkan untuk santunan ahli waris korban meninggal/hilang sejumlah masing-masing Rp15 juta dan maksimal Rp5 juta untuk korban luka. (jun/mia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: