Ikut UNBK, Puluhan Siswa SMAN 1 Cibingbin Terpaksa Indekos
KUNINGAN - Hari kedua pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tingkat SMA di Kabupaten Kuningan, secara umum berjalan lancar. Meski beberapa sekolah terpaksa menerapkan sistem sif agar pelaksanaan UNBK bagi para siswanya, namun tetap berjalan sesuai ketentuan. Dua sekolah seperti SMAN 1 Ciwaru, dan juga SMAN 1 Cibingbin menerapkan sistem sif dalam UNBK tahun ini karena keterbatasan sarana komputer dan juga jaringan internet. Bahkan khusus untuk SMAN 1 Cibingbin, para peserta UNBK terpaksa harus indekos di sekitar SMKN 1 Luragung yang dipinjam untuk pelaksanaan ujian. Tercatat ada 80 siswa peserta UNBK yang indekos lantaran kebagian sif pagi. Para siswa ini terpaksa harus mengikuti UNBK di SMKN 1 Luragung karena sekolahnya kekurangan komputer. Di samping itu, jaringan internet di Kecamatan Cibingbin cukup lemot, sehingga membuat para siswa tidak nyaman dalam mengerjakan soal. Kepala SMAN 1 Cibingbin Anwar Budiman mengakui jika seluruh siswanya berjumlah 291 orang yang mengikuti UNBK terpaksa “diungsikan” ke SMKN 1 Luragung. Dipilihnya SMKN 1 Luragung sebagai lokasi ujian UNBK tidak terlepas dari ketersediaan sarana, dan juga jaringan internet. “UNBK tahun ini terpaksa kami menumpang di SMKN 1 Luragung. Sebab, sarana yang ada di Cibingbin tidak mendukung. Begitu juga ketersediaan komputer di sekolah, jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah peserta UNBK,” terang Anwar kepada Radar Kuningan, kemarin (11/4). Menurut Anwar, wilayah Cibingbin yang berada di pegunungan membuat internet tidak leluasa diakses oleh masyarakat dan juga siswa. Ditambah lagi jaringan telepon milik Telkom itu masih menggunakan serat tembaga bukan optik, sehingga berpengaruh terhadap kecepatan internet. “Memang bisa menggunakan jaringan internet milik Telkom, tapi kecepatannya itu tidak mendukung. Alhasil untuk masuk saja ke internet butuh waktu lama. Ketimbang akhirnya mengganggu konsentrasi peserta ujian, akhirnya kami berinisiatif meminjam SMKN 1 Luragung sebagai lokasi ujian karena jaringan internetnya memadai,” ujarnya. Konsekuensinya dengan pindah kandang, sambung dia, ada puluhan siswa terutama yang kebagian sif pagi terpaksa harus indekos di sekitar sekolah tersebut. Sedangkan ratusan siswa lainnya yang kebagian sif siang dan sore, diangkut menggunakan dua elf untuk pulang pergi. “Yang indekos itu siswa peserta UNBK sif pagi. Selama berlangsungnya ujian, para siswa ini ngekos di sekitar sekolah. Kemudian yang sif siang dan sore, ada angkutan antar jemput dari Cibingbin ke Luragung, dan sebaliknya. Total ada empat lab komputer di SMKN 1 Luragung yang kami gunakan untuk UNBK,” sebut dia. Anwar juga merasa bersyukur pelaksanaan UNBK sekolahnya dilangsungkan di SMKN 1 Luragung. Pasalnya, hari Senin kemarin, listrik di Kecamatan Cibingbin mengalami pemadaman listrik oleh PLN. Sedangkan pihak sekolah tidak memiliki genset berkapasitas besar. “Kalau tetap di Cibingbin, mungkin pelaksanaan UNBK tidak lancar karena listrik mati. Sudah begitu, daya listrik di sekolah juga tidak mendukung. kekuatannya hanya 13.000 watt, sementara yang dibutuhkan 20 ribu watt,” tukasnya. Bukan hanya soal listrik saja yang menjadi kendala, Anwar juga menyebutkan jika komputer di sekolahnya mayoritas jadul alias tempo dulu, sehingga tidak mendukung untuk pelaksanaan UNBK. Total 50 komputer yang dimiliki, tapi kondisinya sangat tidak mendukung. \"Maklum sudah ketinggalan zaman. Mudah-mudahan tahun depan ada bantuan dari pemerintah, sehingga pelaksanaan UNBK bisa berlangsung di sekolah. Termasuk juga peningkatan daya listrik, dan juga jaringan internet,” harap Anwar. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: