Tahun Depan Semua SMP Gelar UNBK, Pemkab Upayakan Fasilitas Komputer

Tahun Depan Semua SMP Gelar UNBK, Pemkab Upayakan Fasilitas Komputer

MAJALENGKA - SMP di Kabupaten Majalengka belum semuanya bisa melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Tahun ini yang melaksanakan UNBK jumlahnya hanya 35 sekolah dan baru dua sekolah yang melaksanakan secara mandiri. Sisanya melaksanakan UNBK di SMA dan SMK. Menanggapi kondisi tersebut, Bupati Majalengka Sutrisno menegaskan pemkab akan berupaya meningkatkan fasilitas di SMP. “Nanti kita bantu dan menganggarkan untuk bantuan komputer bagi SMP, karena Pemkab Majalengka memiliki kewajiban meningkatkan kualitas pendidikan. Saya juga menargetkan tahun depan semua SMP bisa melaksanakan UNBK,” ungkapnya, saat di diwawancara awak media seusai upacara Hari Pendidikan Nasional di alun-alun Majalengka, Selasa (2/5). Saat ini perkembangan teknologi begitu cepat, dan untuk mengimbanginya masyarakat termasuk pemerintah harus ikut membantu dan membekali peserta didik dengan keterampilan dan keahlian. “Melalui momen Hardiknas 2017, mari kita singsingkan lengan baju untuk menggerakkan reformasi pendidikan nasional demi anak cucu kita,” jelasnya. Kepala Dinas Pendidikan Iman Pramudya Subagja mengapresiasi upaya yang akan dilaksanakan pemkab. Apalagi tema Hardiknas tahun ini yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni percepatan pendidikan yang merata dan berkualitas. “Saya berharap wacana tersebut dapat terealisasi dan lancer, karena selain peningkatan kualitas tenaga pendidik juga harus dilengkapi fasilitas. Saya juga berharap kualitas pendidikan di Kabupaten Majalengka semakin meningkat serta berdaya saing,” ujarnya. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pembentukan karakter harus dimulai dan menjadi prioritas pada jenjang pendidikan dasar. Kemudian untuk jenjang pendidikan lanjut harus kondusif dan lebih mengaktualisasikan potensi siswa semaksimal mungkin. “Begitu juga pemanfaatan sumber-sumber belajar di kelas, di lingkungan sekolah, dan di luar sekolah harus diupayakan penyelarasan, penyatuan dan pembaruan kebudayaan dengan pendiikan. Sehingga proses pembelajaran tidak terkotak-kotak, tersekat-sekat, tertutup, dan sumpek. Tetapi terbuka, luwes dan leluasa,” tambahnya. (bae)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: