Butuh Solusi Atasi Titik Rawan Macet
CIREBON - Sejumlah titik wilayah rawan macet yang bisa mengganggu lalu lintas orang dan distribusi kebutuhan bahan pokok, harus segera diatasi. Hal itu untuk menjamin keselamatan dan mencegah kelangkaan barang yang mungkin terjadi akibat tidak tepat waktu sampai, karena masalah kemacetan. Untuk wilayah Kabupaten Cirebon, sejumlah wilayah terpantau menjadi titik macet dari wilayah barat, tengah hingga wilayah timur, berpotensi menjadi menimbulkan masalah jika tidak segera diatasi. Mayoritas, titik kerawanan tersebut merupakan lokasi pasar tumpah dan titik persinggungan, baik berupa pertigaan ataupun perempatan jalan yang menghubungkan jalan poros kabupaten dengan jalan nasional (pantura). Khusus untuk wilayah timur, dua titik paling berpotensi menyebabkan kemacetan yang bisa mengganggu distribusi barang dan lalu lintas orang, adalah keberadaan Pasar Mundu Pesisir dan Pasar Gebang. Untuk keberadaan Pasar Mundu, relatif lebih muda untuk ditangani, karena masalah di titik ini, hanya pada lalu lintas angkutan umum yang sering berhenti mendadak di depan pasar, dan parkir kendaraan yang kerap memakan bahu jalan. Kondisi yang lumayan berat adalah penanganan Pasar Gebang. Tepat di bawah flyover Gebang rupanya ada dua pasar tradisional, yakni Pasar Desa Gebangilir dan Pasar Desa Gebangmekar. Keberadaan dua pasar ini, sudah cukup membuat macet lalu lintas di sekitar pasar. Kondisi tersebut diperparah dengan keberadaan para pedagang yang berjualan di tengah median jalan atau tepat di bawah flyover sepanjang hari, bahkan nekat mendirikan lapak semi permanen. “Soal ini jangan dianggap sepele. Kalau mau ditertibkan tentu harus ada sosialisasi, caranya bagaimana silakan dipikirkan oleh dinas terkait. Jangan pas mau Lebaran baru ribut-ribut penertiban,” ujar salah satu aktivis Cirebon Timur, Saeful Anwar saat ditemui Radar, kemarin. Dikatakan Saeful, permasalahan keberadaan pedagang yang berjualan di bawah flyover atau bagian tengah median jalan, seharusnya mendapatkan perhatian dari pihak terkait. Selain wilayahnya yang berbahaya karena persis di jalan pantura, para pedagang juga tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Terpisah, HS (45) salah satu pedagang yang ditemui Radar mengatakan, siap meliburkan lapak jualannya jika sudah memasuki momentum arus mudik. Namun hal tersebut harus ada kompensasi dari pemerintah, karena ia tidak bisa berjualan, sedangkan kebutuhan menjelang Lebaran semakin besar. “Ya harus ada kompensasi, kita kan cari makan, apalagi jelang Lebaran banyak kebutuhan,” ungkapnya. (dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: