Pikulan Patah, Gunungan Setri Tercecer

Pikulan Patah, Gunungan Setri Tercecer

Grebeg Besar Kasunanan Solo SOLO - Grebeg Besar Idul Adha 1433 Hijriah di Keraton Kasunanan Solo kemarin diwarnai insiden kecil. Yakni, patahnya pikulan gunungan Setri saat akan dibawa ke keraton. Akibatnya, isi gunungan tercecer di dekat Kori Renteng sebelum pintu masuk keraton. Namun, hal itu tidak mengurangi antusiasme warga. Gunungan tersebut menjadi rebutan warga yang menunggu di depan Kori Kamandoengan.  Insiden itu bermula saat gunungan Setri diarak kembali setelah didoakan di Masjid Agung. Sekitar sepuluh abdi dalem yang membawa gunungan menuju keraton berjalan cepat. Tiba di Kori Renteng, mendadak salah satu pikulan gunungan patah. Abdi dalem yang menyangga beban berat tak bisa menahan gunungan yang hendak roboh. Akhirnya, gunungan itu roboh dan isinya tercecer ke tanah. Menurut Wakil Pengageng Sasono Wilopo KP Winarno, isi gunungan yang terbuat dari nasi kering berbentuk kerucut itu dinamakan rengginang. Melihat kejadian tersebut, warga yang mengikuti arak-arakan masih menahan diri, sehingga ceceran masih bisa diambil dan dibawa menuju halaman keraton. Sampai di sana, puluhan warga sudah menanti untuk berebut. Mereka langsung menyerbu begitu gunungan diletakkan tepat di tengah halaman. Dalam sekejap, gunungan setinggi dua meter itu ludes tak tersisa. \"Alhamdulillah, nunggu mulai pukul 08.00 tadi gak sia-sia. Saya dapat tiga rengginang. Minta berkah dari yang Mahakuasa,\" ujar Surati Nanas, 54, warga Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari. KP Winarno tak mempermasalahkan insiden tersebut. Menurut dia, itu menandakan acara adat budaya Jawa dari Keraton Kasunanan masih lestari. Antusiasme warga membuat prosesi grebeg berlangsung meriah. \"Gak masalah. Sampai ada insiden kecil, itu berarti kan budaya turun-temurun ini masih ada dan terus dilestarikan,\" tuturnya. Prosesi grebeg diikuti prajurit keraton berseragam lengkap bersama abdi dalem. Tampak beberapa wisatawan asing mengikuti grebeg. Pusaka-pusaka kuno keraton juga diarak menuju Masjid Agung. Di Jogjakarta, tradisi Grebeg Besar juga dilaksanakan kemarin. Sekitar pukul 10.00 lima gunungan memasuki pelataran Masjid Gede. Masyarakat dan wisatawan sudah menunggu berjam-jam. Lima gunungan itu adalah gunungan kakung, putri, gepak, pawuhan, dan darat. Terdiri atas hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan serta makanan yang sudah dibungkus, yang berisi nasi dan lauk. Gunungan digiring 10 bregodo prajurit Keraton Jogjakarta. Sebelumnya, dilaksanakan upacara di Alun-Alun Utara yang ditandai dengan salvo ke udara. Baru setelah itu, gunungan dibawa ke halaman Masjid Gede untuk didoai para abdi dalem punokawan kaji. Doa belum selesai, seorang pria langsung lompat ke gunungan kakung dan merebut kacang panjang yang berlimpah. Lalu, kacang panjang itu dia lemparkan kepada orang-orang yang juga berdesak-desakkan untuk mendapatkan gunungan. Aksi itu segera diikuti banyak orang. Tak sampai lima menit, aksi rayahan berakhir dengan meninggalkan kerangka gunungan. Kebanyakan masyarakat yang menganggap isi gunungan itu berkah segera membawa pulang bagian yang didapat ke rumah masing-masing. Pengageng keagamaan Keraton Jogja Kamaludiningrat menjelaskan, gunungan merupakan bentuk sedekah dari raja kepada para kawula (rakyat). Karena itu, bentuknya adalah hasil bumi, mengingat Jogja adalah daerah agraris. Gunungan juga merupakan dakwah sang raja. Hal itu ditunjukkan dari gunungan kakung yang berbentuk \"kerucut. \"Kerucut itu artinya tauhid. Jadi, raja di sini berdakwah agar masyarakat bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa,\" tegas dia. (hed/adi/mas/jpnn/c5/ca)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: