Kamerun vs Cile, Ujian Perdana Generacion Dorada

Kamerun vs Cile, Ujian Perdana Generacion Dorada

MOSKOW - Generacion Dorada atau Generasi Emas. Julukan itu diberikan publik kepada tim nasional Cile saat Piala Dunia 1998 silam. Predikat itu disematkan karena saat itu, Cile dipimpin dua pemain yang mampu menembus klub papan atas Eropa. Mereka adalah duet bomber Ivan Zamorano yang berkostum Real Madrid dan Inter Milan, serta Marcelo Salas yang lebih dikenal sebagai ikon Lazio, meski sempat tiga musim mencicipi persaingan kompetisi Si Nyonya Tua, julukan Juventus, 2001-2004. Di bawah kolaborasi keduanya, Cile mampu menembus 16 Besar sebelum dihentikan Brasil dengan skor telak 1-4.  Lalu, 19 tahun berselang, La Roja, julukan Cile, kembali melahiran Generasi Emas dalam diri Arturo Vidal (Bayern Muenchen), Gary Medel (Inter Milan), kapten sekaligus kiper Claudo Bravo (Manchester City), serta Alexis Sanchez yang menjadi top scorer sepanjang masa Cile bersama dengan Salas (37 gol). Mereka berhasil melampaui generasi era Zamorano-Salas. Menjadi kampiun Copa America secara beruntun, dan melakoni debut di Piala Konfederasi Rusia. Kini, Generacion Dorada tersebut bakal mendapat ujian perdana dalam debut mereka ketika menantang jawara Afrika, Kamerun, di Otkrytiye Arena, Moskow, dinihari nanti (siaran langsung RTV pukul 01.00 WIB). Ini merupakan pertemuan kedua Kamerun-Cile di turnamen resmi, setelah sebelumnya mereka bermain seri 1-1 di laga terakhir fase Grup B, 23 Juni 1998 silam. Namun, sepanjang 13 kali pertemuan dengan wakil Benua Hitam di semua level pertandingan, Cile unggul dengan tujuh kemenangan, empat kali seri, dan dua kali kalah. Malah, sejak kekalahan 0-2 dari Mesir di partai persahabatan Juni 1989, Cile tidak terkalahkan selama 28 tahun terakhir. Namun, menurut bek tengah Cile, Gonzalo Jara, hasil masa lampau itu tidak bisa dijadikan patokan bahwa mereka bakal mulus sepanjang Piala Konfederasi 2017. ”Malah, memberikan julukan Generasi Emas kepada kami rasanya berlebihan,” ujarnya seperti dilansir AS Chile. ”Kami hanya memiliki seorang pelatih yang hebat, dan kami mengandalkan kolektivitas yang ada,” lanjut pemain Universidad da Chile itu. Merendah kelihatannya. Namun, Jara berpijak pada fakta yang kurang menyenangkan saat mereka hanya tinggal sehari masa persiapannya. Itu setelah entrenador Cile, Juan Antonio Pizzi, kehilangan dua bintangnya pada laga pembuka ini. Setelah Bravo dipastikan belum pulih dari cedera betis saat memperkuat City musim lalu, Sanchez menderita cedera engkel. Belum diketahui seberapa parah cedera yang menerpa bintang Arsenal. Namun, absennya Sanchez jelas menjadi kerugian luar biasa. Sebab, penyerang 28 tahun tersebut menjadi top scorer dengan 30 gol di semua ajang musim lalu bersama The Gunners, julukan Arsenal. Untuk siapa yang bakal mengawal mistar gawang, Pizzi bakal mempercayakannya kepada kiper gaek Universidad da Chile, Johnny Herrera. Sedangkan sisi kiri yang biasanya ditempati oleh Sanchez bakal ditempati oleh winger 22 tahun asal Cruz Azul, Martin Rodriguez. ”Aku tahu bahwa aku adalah pelapis bagi Alexis Sanchez,” kata Rodriguez dikutip dari ADN Radio Chile. ”Namun, aku sudah mempersiapkan diri dengan baik untuk turnamen ini,” lanjut pemain yang telah mengemas empat caps bagi Cile tersebut. Lebih lanjut, gelandang Cile, Marcelo Diaz berujar, dirinya berharap negaranya bisa mencetak raihan sejauh mungkin di turnamen pemanasan menuju Piala Dunia ini. ”Aku rasa ini adalah milestone penting bagi kami,” tutur Diaz kepada ESPN. ”Ini bakal menjadi turname yang sangat kompetitif, dimana kami harus mengerahkan 200 persen kemampuan kami,” ulas pilar Celta Vigo itu. Terpisah, bagi Les Lions Indomptables, sebutan Kamerun, mereka tentu ingin mengulangi prestasi ketika menembus partai puncak Piala Konfederasi edisi 2003 silam. Kalau bisa, bablas menjadi juara. Komposisi skuad yang dibawa oleh juara Piala Afrika 2017 tersebut tidak main-main. Di bawah mistar gawang, mereka memiliki Andre Onana yang membawa Ajax Amsterdam menjadi runner up Europa League. Di lini depan, Kamerun mempunyai Vincent Aboubakar yang mencetak 12 gol bersama Besiktas. Satu tim itu dipimpin oleh Benjamin Moukandjo yang telah kenyang pengalaman di Ligue 1 bersama AS Monaco, Nancy, dan kini bersama Lorient yang baru saja terdegradasi ke Ligue 2. Le entraineur Kamerun, Hugo Broos berujar bahwa dirinya masih belum bisa melupakan kekalahan telak 0-4 dari Kolombia saat laga uji coba. ”Namun, aku melihat ada hal positif yang bisa dipetik,” terang Broos kepada Four Four Two. ”Kekalahan dari Kolombia membuatku bisa melihat opsi lain yang bisa kami terapkan saat menghadapi Cile,” jelas pelatih berkebangsaan Belgia tersebut. (apu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: