Tidak Punya Life Skill, Lebih Baik Jangan Merantau

Tidak Punya Life Skill, Lebih Baik Jangan Merantau

MAJALENGKA – Arus urbanisasi sangat rawan terjadi pasca Lebaran Idul Fitri. Hal tersebut harus dicegah dan dibatasi secara ketat. Masyarakat yang ingin merantau harus memiliki tujuan bekerja yang jelas di kota besar. Bahkan perlu skill yang jelas untuk bekerja di sektor terkait. Hal tersebut diungkapkan Anggota Komisi IV DPRD Majalengka, Nana Heryana. Fenomena urbanisasi pasca lebaran menurutnya seperti sudah tradisi. Biasanya pengangguran diajak kerabatnya yang baru pulang mudik untuk ikut merantau dan mencari pekerjaan di kota besar. Fenomena tersebut menurut Nana jangan dipandang sebelah mata. Karena jika dibiarkan masyarakat yang tidak punya keahlian khusus merantau ke kota besar justru menimbulkan persoalan baru di perantauan. Mulai dari menambah angka pengangguran dan persoalan sosial lainnya, hingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti terlibat kriminalitas di perantauan. “Harus jelas dulu tujuan dan tempat bekerjanya, kalau sekadar mengadu nasib dengan pekerjaan yang tidak jelas lebih baik jangan. Nanti malah menimbulkan persoalan sosial lain di kota besar, akibat masyarakat yang diajak merantau ke kota tidak punya skill dan tujuan pekerjaan yang jelas,” ujar Nana. Nana memandang perlu upaya serius dari pemerintah daerah dalam membekali masyarakat angkatan kerja dengan life skill dan keahlian lainnya. Tunuannya agar keahlian dan kemampuan mereka terpakai di dunia kerja. “Jangan sampai ketika lulus sekolah menengah, para siswa usia produktif yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi hanya mendapat ijazah dan dokumen kelulusan saja. Tapi harus dibekali kemampuan lebih agar bisa bersaing dan dibutuhkan di lapangan kerja sesuai kemampuan,” paparnya. Aktivis serikat buruh Tahjudi Wijaya menyebutkan, di Majalengka tersedia cukup banyak lapangan pekerjaan. Semestinya peluang tersebut dapat dimaksimalkan untuk menyerap tenaga kerja lokal, yang memiliki kualifikasi dan syarat yang dibutuhkan di lapangan pekerjaan yang tersedia tersebut. Sehingga kalau kualifikasi dan syarat kerja tersebut sudah terpenuhi, maka masyarakat Majalengka tidak perlu lagi merantau ke kota besar untuk mengadu nasib. Misalnya menjadi tenaga padat karya di pabrik, di Majalengka juga sudah tersedia lapangan kerja semacam itu. Namun ada yang membedakan dari hal gaji atau upah yang diterima di kota besar lebih besar, karena mengikuti upah minimum daerah. Tapi perlu dipertimbangkan juga biaya lain di perantauan, mulai dari biaya indekos atau kontrakan, serta biaya makan sehari-hari yang tentu lebih tinggi. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: