Perumda BPR Jangan Cepat Puas

Perumda BPR Jangan Cepat Puas

MAJALENGKA - Tidak banyak lembaga keuangan dan perbankan yang mencatat kenaikan signifikan di berbagai lini seperti aset, laba, dan jumlah nasabah. Apalagi lembaga tersebut setingkat BPR yang mengandalkan sektor UMKM sebagai lahan garapannya. Namun tidak demikian dengan Perumda BPR Majalengka. Dirut perumda BPR Atjeng Hadissusanto SE mengatakan, mulai awal berdiri tahun 2008 aset hasil merger tujuh BPR senilai Rp4,8 miliar, dan Juni 2016 naik 300 persen menjadi Rp179,5 miliar. Sementara laba dari Rp1,2 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp6,6 miliar di tahun 2016 atau meningkat 400 persen lebih. “Angka penyaluran kredit juga naik, seiring bertambahnya nasabah yang sekarang mencapai 32 ribu,” jelas Atjeng kepada Radar. Seperti bank-bank umum, BPR juga diatur penuh dengan regulasi dan diawasi seperti bank skala besar. Padahal BPR adalah bank yang hidup di komunitasnya. Ruang gerak dibatasi segala aturan, mulai dari GCG hingga aturan fit and proper test serta syarat komisaris independen dan direktur kepatuhan. “Persaingan BPR tidak mudah. Selain banyak bank yang terjun ke pasar mikro, BPR juga bersaing dengan lembaga keuangan mikro dan koperasi. Persaingan begitu ketat di kelas bawah, tentu ada yang kalah namun banyak juga yang tumbuh besar dan berkembang. Bahkan beberapa BPR asetnya sudah melewati bank umum,” ungkapnya. Bupati Majalengka sebagai pemilik BPR yang diwakili Asda bidang Pembangunan Pemerintah Daerah Drs H Abdul Gani MSi mengatakan, sebagai salah satu BUMD sudah seharusnya BPR Majalengka menyumbangkan kontribusi PAD sesuai target yang ditetapkan. Hal itu untuk membiayai pembangunan daerah yang semakin pesat. “BPR Majalengka dinilai dari berbagai sisi sudah dikategorikan bank yang sehat, dan hal ini merupakan kebanggaan pemda. Pengakuan ini terbukti dengan penghargaan dari Majalah Infobank empat kali berturut turut,” ucapnya. Namun Abdul Gani mengingatkan, agar prestasi tersebut jangan sampai membuat cepat puas dan lupa diri. Pasalnya persaingan perbankan sangat kejam, tidak saja terjadi di kota besar namun sampai pelosok sudah terasa persaingannya. “Keunggulan BPR harus dimanfaatkan sebesar-besarnya, banyak sektor riil UMKM yang belum tergarap. Di situlah kehadiran BPR diperlukan sebagai mitra kerja,” tandasnya. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: