Tiga Final Tiga Gagal

Tiga Final Tiga Gagal

THE HAGUE- Trofi Piala Dunia sepertinya “memusuhi” timnas Belanda. Bagaimana tidak, tiga kali lolos ke final tiga kali juga Belanda kalah. Pada Piala Dunia 1974, ambisi De Oranje -sebutan timnas Belanda- yang saat itu diperkuat salah satu legenda lapangan hijau Johan Cruyff dihentikan Jerman Barat dengan skor 2-1. Di Piala Dunia berkutnya, 1978, Belanda  yang saat itu kesohor dengan gaya main total footballnya yang menawan kembali melaju ke final. Tapi target menjadi juara digagalkan Argentina dengan skor 3-1 lewat perpanjangan waktu. Perpanjangan waktu dilakukan setelah di waktu normal skor sama kuat 1-1. Dan di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan nasib baik belum juga mau hinggap dalam skuad De Oranje. Lewat perpanjangan waktu Belanda menyerah 0-1 di tangan Spanyol. Kegagalan ini membuat Belanda berduka. Pendukung De Oranje yang sebelumnya yakin timnya bisa mengakhiri kutukan final Piala Dunia lunglai. Mereka pun punya analisa sendiri kenapa Belanda gagal menjadi juara. “Kami mestinya bisa menang jika lebih efisien di depan gawang,” kata Jesse van Straaten, suporter timnas Belanda asal The Hague seperti dilansir Associated Press. “Jujur saja, Spanyol memang lebih bagus, saya mengakui itu. Tapi kami punya beberapa peluang,” sambungnya. Lolosnya timnas Belanda ke babak final sempat membuat harapan warga negeri kincir angim itu membuncah. Di semua penjuru Belanda menatap pertandingan yang digelar di Stadion Soccer City. Lebih dari 100 ribu fans berjejal nobar di Museum Square. Menurut salah satu data sebuah yayasan di Belanda yang memonitor rating siaran televisi. Laga final Piala Dunia antara Belanda versus Spanyol disaksikan oleh 8,5 juta orang. Artinya sekitar 50 persen warga Belanda menyaksikan jalannya pertandingan final Piala Dunia lewat siaran televisi. Data terakhir jumlah penduduk Belanda saat ini mencapai sekitar 17 juta. Itu adalah rekor tertinggi jumlah penonton yang menyaksikan tayangan televisi. Tapi apa mau dikata, Belanda harus kembali menerima kenyataan gagal di final. “Pada 1974, saya masih memakai popok. Pada 1978 kami sangat dekat dengan kemenangan ketika tendangan kami membentur tiang gawang di babak kedua. Sekarang, kami harus menunggu 32 tahun lagi,” cetus Chris Nielen, seorang sales manajer yang menyaksikan pertandingan dari sebuah bar di The Hague. Tak hanya gagal menjadi juara, performa Belanda selama Piala Dunia juga tercoreng rengan performa kasar yang ditunjukkan Giovanni van Bronckhorst dkk. Ketika tim juara Spanyol dinobatkan sebagai tim Fair Play, Belanda tercatat sebagai tim paling “kotor”. Bagaimana tidak, De Oranje menjadi tim terbanyak yang meneirima kartu kuning (22) dan tim yang paling banyak melakukan pelanggaran selama Piala Dunia Afsel (126 kali). Sementara itu, skuad De Oranje masih bersikukuh bahwa salah satu penyebab kegagalan menjadi juara Piala Dunia 2010 adalah kepemimpinan wasit yang tidak benar. Sama dengan komentar para pemainnya, pelatih Bert van Marwijk mengatakan wasit Howard Webb tidak menjalankan tugas dengan semestinya. “Saya tidak beripkir bahwa wasit mengontrol pertandingan dengan benar,” cetus van Marwijk. “Saya hari ini banyak membaca apa yang yang dikatakan di Spanyol tentang pertandingan pertama melawan Swiss (Spanyol kalah 0-1 dan pertandingan dipimpin wasit Howard Webb). Ketika anda menyaksikan kinerja wasit (Webb) anda semua pasti akan berpikir bahwa jalannya laga Spanyol lawan Swiss itulah yang terjadi di laga final,” sindir Marwijk. Mantan pelatih Borussia Dortmund dan Feyenoord ini juga mengungkapkan jika kegagalan timnya menjadi juara juga disebabkan ketidakberuntungan. “Kita sudah semestinya sangat bangga bahwa Negara kecil seperti Belanda bisa meraih posisi di tempat kedua,” paparnya. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: