Hapus Stigma Negatif Bung Karno
Gelar Pahlawan Nasional Untuk Soekarno - Hatta JAKARTA - Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak lagi berbeda pendapat. Setidaknya untuk urusan penetapan gelar pahlawan nasional bagi mantan Presiden Soekarno. Keduanya sepakat, gelar tersebut bisa menghilangkan stigma negatif terhadap Soekarno. \"Hal-hal yang terjadi di masa lalu, terutama mengenai Tap MPRS, yang selama ini membelenggu Presiden Soekarno, seperti tadi presiden (SBY) mengatakan menjadi sebuah stigma, tentu sudah dinyatakan tidak ada lagi,\" kata Mega seusai penganugerahan gelar pahlawan nasional untuk Soekarno dan Hatta di Istana Negara, kemarin (7/11). Dia meminta, Tap MPRS yang memang sudah tidak berlaku tersebut tidak lagi menjadi polemik. Jika diperlukan, Mega meminta tokoh seperti mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie maupun pimpinan MPR untuk menerangkan kronologis secara teratur. \"Sehingga tidak ada lagi prasangka, praduga yang terjadi,\" ujarnya. Megawati menegaskan, gelar pahlawan nasional yang dianugerahkan kepada tokoh yang dikenal dengan sebutan Bung Karno dan Bung Hatta itu memang wajar diberikan. Bahkan seharusnya sudah sejak lama. Dalam sambutannya, SBY memang menegaskan mengenai stigma terhadap Bung Karno. Menurutnya, pengorbanan dan pengabdian Bung Karno dan Bung Hatta jauh lebih besar daripada kekurangan maupun kelemahannya. \"Kita tinggalkan segala stigma dan pandangan yang tidak positif, yang tidak perlu dan tidak semestinya,\" ajaknya. Melalui ketetapan MPR, lanjut SBY, juga telah dihapuskan stigma yang tidak baik yang mungkin ada terhadap Bung Karno. Sementara itu, proses penganugerahan gelar pahlawan untuk Bung Karno dan Bung Hatta berlangsung khidmat. Bung Karno diwakili oleh Guntur Soekarnoputra, sementara Bung Hatta diwakili Meutia Hatta. Gelar pahlawan nasional untuk Bung Karno berdasarkan Keppres Nomon 83/TK/TAHUN 2012 tanggal 7 November 2012, sementara Bung Hatta berdasarkan Keppres Nomor 84/TK/TAHUN 2012 tanggal 7 November. Hampir semua anak-anak dari dua tokoh proklamator itu ikut hadir. Selain Mega, tampak Rachmawati Soekanoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra. Sementara dari keluarga Bung Hatta ikut hadir Halida Hatta. SBY yang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono menyalami satu persatu keluarga Bung Karno dan Bung Hatta, termasuk dengan Mega yang selama ini hubungan keduanya dingin. Mereka terlihat berjabat tangan meski tak lama. Meutia Hatta yang ditemui seusai acara mengaku keluarganya gembira dengan penetapan pahlawan nasional untuk Bung Karno dan Bung Hatta. Khusus untuk Bung Hatta, Meutia menyebut ayahnya sudah berjuang sejak usia 23 tahun. \"Beliau lebih suka melihat Indonesia tenggelam di dasar lautan dari pada jadi embel-embel bangsa asing,\" kata Meutia mengenai pemikiran Bung Hatta. Di bagian lain, Jimly Asshiddiqie mengatakan, tidak perlu ada perdebatan mengenai mana yang lebih tinggi gelar pahlawan nasional dengan pahlawan proklamator yang pernah diberikan di era Presiden Soeharto. Dia lebih setuju jika gelar pahlawan tersebut diperkuat. \"Jadi tahun 1986 sudah ada pahlawan proklamator, itu kita hargai, tapi ini diperkuat dengan pahlawan nasional,\" katanya. Terkait dengan stigma negatif terhadap Bung Karno, Jimly menegaskan, dalam UU Nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan ditegaskan bahwa syarat penerima gelar tidak boleh ada cacat secara hukum. \"Nah, dengan adanya keppres ini berarti diasumsikan Bung Karno bersih. Apalagi Tap MPRS itu tidak berlaku lagi,\" terangnya. (fal)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: