Tak Terawat, Eks Jembatan Timbang Waruduwur Mangkrak

Tak Terawat, Eks Jembatan Timbang Waruduwur Mangkrak

CIREBON - Kumuh, kotor dan telantar. Kata itulah yang bakal pertama kali terlintas saat melihat eks Jembatan Timbang Waruduwur. Perangkat milik Dinas Perhubungan yang sebelumnya digunakan untuk mengukur tonase kendaraan, sudah mangkrak lebih dari empat tahun. Mungkin juga tidak banyak yang tahu, jika bangunan yang berdiri di pinggir Jl Pantura Mundu Desa Waruduwur tersebut, sangat penting kaitannya untuk menjaga kondisi jalanan, agar tidak cepat rusak karena muatan berlebih. Kini, kondisinya begitu memprihatinkan. Kondisi bangunan tak terurus dan nyaris ambruk. Bahkan, di bekas titik kolam jembatan timbang, terlihat lubang yang menganga dan kotor, serta dipenuhi semak-semak. Yang terbaru malah, lahan strategis di pinggir Jl Pantura tersebut, kini dijadikan pangkalan penjual pasir yang diakui milik salah satu warga Desa Waruduwur. Hal tersebut sesuai dengan keterangan Nana (47), salah satu pekerja pangkalan pasir setempat. Dia mengaku, jika pangkalan pasir tersebut milik majikannya yang merupakan warga Desa Waruduwur. “Saya tidak tahu urus-urus izinnya, apakah ke desa atau ke Dishub? Tapi pangkalan ini milik bos saya orang Waruduwur. Saya cuma kerja,” ujar Nana kepada Radar, Senin (31/7). Dikatakan Nana, sepanjang eks jembatan timbang tersebut seluruhnya digunakan oleh majikannya, dan digunakan untuk lapak pangkalan material pasir. “Di sini cuma ada satu pangkalan, semuanya milik majikan saya. Kalau sewa atau tidaknya, saya kurang paham,” imbuhnya. Terpisah, Aktivis Cirebon Timur, Safiq Ahmad kepada Radar mengatakan, untuk bangunan milik pemerintah yang sudah tidak digunakan, seharusnya tetap dilakukan perawatan, sehingga jika sewaktu-waktu dibutuhkan bisa digunakan. “Harus ada rasa memiliki, terutama pemerintah. Jangan sampai karena tidak digunakan, maka tidak dirawat. Itu juga kan aset, mesti ada laporannya. Ini yang terjadi malah kebanyakan yang tidak digunakan ya dibiarkan begitu saja. Tengok saja bangunan puskesmas yang ditinggalkan, bangunan sekolah yang di-merger, kebanyakan dalam kondisi rusak,” ungkapnya. (dri)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: