Gandeng JAF, Dosen Unpas Ciptakan Gamelan Keramik

Gandeng JAF, Dosen Unpas  Ciptakan Gamelan Keramik

JATIWANGI - Keberadaan sanggar Jatiwangi Art Factory (JAF) di Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi berhasil mencuri perhatian musisi dari berbagai daerah. Asep Nata, dosen seni di Universitas Pasundan, adalah salah satu penggiat musik yang berhasil menciptakan sebuah karya di JAF. Setelah melakukan kunjungan sekitar dua minggu, Asep bersama dua orang mahasiswanya berhasil menciptakan alat musik gamelan keramik dengan menggunakan bahan dasar tanah liat. Selain melakukan kunjungan, beberepa musisi juga menyempatkan diri untuk menciptakan karya di JAF tersebut. Menurut Asep, obsesi untuk menciptakan gamelan keramik tersebut sudah mulai tumbuh sejak dua tahun lalu. Namun, keinginan tersebut baru tercapai saat dirinya berkunjung ke JAF dalam rangka ikut ambil bagian dalam acara Festival Musik Keramik yang berlangsuung sejak tanggal 3 hingga 17 November mendatang ini. “Saya pernah belajar membuat gamelan dengan menggunakan perunggu di Solo. Kemudian yang membuat saya penasaran itu, tentang aspek apa yang ada di dalam tanah. Idenya (membuat gamelan dari tanah) sudah sejak dua tahun yang lalu. Alhamdulillah, dengan dibantu temen-temen dari mahasiswa Unpas, obesesi itu bisa terwujud di sini,” katanya, kemarin (8/11). Ia Menjelaskan, terdapat perbedaan bunyi antara gamelan dengan menggunakan bahan dasar tanah liat, perunggu dan kayu. Namun demikian, semuanya bisa digunakan untuk mengiringi semua jenis musik. “Karena medianya berbeda, maka ada perbedaan dalam hal progres. Namun pada prinsipnya dalam penyelerasan atau tuning sama saja, baik dari kayu, perunggu maupun tanah. Instrumen punya sendi-sendi yang bisa direkayasa dan diarahkan berdasarkan skala yang kita pilih,” tutur dia. Dikatakannya, bermain musik gamelan keramik, sebenarnya bukan hal yang pertama dilakukan. Sebelumnya, dia mengaku pernah memainkan alat musik yang sama bersama mahasiswanya di kampus. “Saya baru di sini melakukannya. Sebelumnya memang pernah mengeksplor di kampus. Tapi menggunakan keramik dari ubin yang sudah jadi. Tentu ini berbeda dengan yang sekarang ini. Karena sekarang ini, kita berjalan dari nol, dimulai dari membuat keramik hingga akhirnya siap untuk digunakan,” jelas dia. Dengan keberhasilannya tersebut, lanjut Asep, ke depan pihaknya berencana untuk lebih mengembangkannya lagi. Terkait rencananya itu, Asep berharap pihak kampus tetap memberikan dukungan terhadap dirinya dan beberapa mahasiswa yang telah membantunya itu.   “Kami akan terus mengembangkannya dan berkolaborasi dengan JAF di sini. Mudah-mudahan pihak kampus juga tetap mendukung program ini,” papar dia. Semenetara itu, salah satu seniman di JAF, Arief Yudi mengatakan, dalam gelaran festival musik keramik pihaknya tetap menitikberatkan pada keramik. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: