Tak Bisa Transfusi, Pasien Meninggal
Diduga Akibat Listrik RSUD Waled Padam CIREBON - Padamnya listrik di RSUD Waled, Kabupaten Cirebon, Kamis (8/11) lalu, menimbulkan korban jiwa. Setelah kasus gagal operasi suami Sukenah, keluhan lain muncul dari Dulkahar (45) warga Desa Kalipasung, Kecamatan Gebang. Dulkahar mengeluh, istrinya Ida Farida (45) meninggal dunia, Kamis (8/11), akibat gagal menerima transfusi darah dari pendonor, karena padamnya listrik. Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar, Rabu (7/11) Ida Faridah datang ke bidan Desa Kalipasung memeriksakan kandungan. Tapi bidan desa menyarankan agar segera dilakukan perawatan persalinan di RSUD Waled, karena bidan desa tidak bisa melakukan tindakan lebih lanjut. Ida pun langsung mengatakan kepada suaminya, Dulkahar yang waktu itu baru saja pulang kerja. Atas saran bidan, Ida didampingi sang suami Dulkahar berangkat menuju RSUD Waled sekitar pukul 20.00 WIB. Setelah itu, Ida langsung menuju IGD dan kamar perawatan sambil menunggu waktu melahirkan. Keesokan harinya, Kamis (8/11), sekitar pukul 07.00 WIB Ida melahirkan dengan normal seorang bayi laki-laki yang sehat. Tetapi setelah persalinan, kondisi korban makin memburuk, lantaran terjadinya pendarahan hebat pada Ida. Karena di RS Waled tidak ada darah yang cocok dengan Ida, maka pihak RS menyarankan agar pihak keluarga mencari darah di Kuningan. Karena keluarga tidak mengetahui mencari darah ke mana, sehingga pihak keluarga menyerahkan kembali ke pihak RS dengan membayar sejumlah uang untuk mencari darah tersebut. Sedangkan pihak keluarga menyiapkan dua calon donor untuk Ida. Namun dengan alasan listrik mati, saat akan melakukan transfusi darah, sehingga transfusi tidak bisa dilakukan, sampai menunggu listrik menyala. Listrik tidak kunjung menyala hingga tengah hari, sedangkan yang mencari darah dari Kuningan juga belum datang. Ida yang kondisinya terus menurun, pada pukul 12.05 menghembuskan napas terakhir. Suami Ida, Dulkahar mengatakan, dirinya sangat kecewa dengan pelayanan RSUD Waled. Lantaran karena listrik padam, transfusi pada istrinya tidak kunjung dilakukan. “Saya agak kesal serta kecewa dengan pelayanan di RS Waled. Istri saya butuh darah, padahal saya sudah siapkan dua keluarga saya untuk donor darah ke istri saya. Tapi kata perawat, listriknya mati jadi nggak bisa dilakukan transfusi darah. Sampai siang istri saya jadi buruk kesehatannya, dan listrik juga belum menyala. Jam 12.05 istri saya meninggal,” ujar Dulkahar. Sementara itu, Direktur RSUD Waled dr Suwanta melalui kepala ketenagaan, pengembangan mutu, serta pelayanan medis RSUD Waled dr Yadi Supriadi kepada Radar mengatakan, penyebab utama Ida meninggal bukan karena transfusi serta listrik yang padam. Tetapi penyebab utamanya karena kelainan pada pembekuan darah. Ida pun mempunyai komplikasi penyakit sehingga itu sulit untuk penyembuhan. Menurutnya, faktor listrik mati dengan kondisi Ida yang membuatnya meninggal dunia adalah faktor kebetulan saja. Tetapi penyebab utamanya adalah pembekuan darah. Seseorang yang sudah mengalami pembekuan darah, akan sulit disembuhkan. “Ibu Ida meninggal bukan karena telat transfusi ataupun listrik yang mati, itu cuma faktor kebetulan saja. Penyebab utamanya adalah Ibu Ida mengalami pembekuan darah. Selain itu, Ibu Ida mempunyai komplikasi penyakit. Itu yang pengaruhi meninggalnya beliau,” ujar Yadi. Yadi memaparkan, secara teori kedokteran Ida telah mengalami Gravida (hamil) sebanyak 8 kali, Paltus (persalinan) sebanyak 5 kali, serta abotus (keguguran) sebanyak dua kali. Seorang wanita yang mempunyai anak lebih dari dua atau banyak memiliki faktor resiko yang sangat tinggi. Selain itu, memang Ida telah mempunyai komplikasi penyakit. “Ibu Ida sudah mengalami hamil delapan kali dan sudah melahirkan sebanyak lima kali. Orang perempuan yang telah melahirkan sebanyak tiga kali lebih, tentu mempunyai faktor resiko yang cukup tinggi. Selain itu memang ibu Ida mempunyai komplikasi penyakit,” ujar Yadi. Yadi pun membantah kalau pihaknya diam saja ketika kondisi Ida sudah menurun. Pihaknya telah mengupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur), serta mengerahkan tim dokter untuk memperbaiki kondisi Ida. Pihaknya akan melakukan transfusi tersebut tidak sembarang melakukan. Pihaknya memerlukan waktu sekitar tiga hingga empat jam untuk langkah transfusi darah. “kita telah upayakan secara maksimal sesuai standar SOP. Tim dokter telah kita kerahkan untuk memperbaiki kondisi Ibu Ida. Kita melakukan tranfusi juga nggak sembarangan, ada prosedur serta langkah-langkahnya. Kami RSUD Waled menyampaikan belasungkawa kepada keluarga ibu Ida, kita merasa kesedihan dari keluarga,” ujar Yadi. (den)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: