Melawan Pimpinan, Dirdik KPK Ngaku Siap Dipecat
JAKARTA - Berani blak-blakan berani pula menanggung segala konsekuensi sekalipun dipecat dari jabatannya sekarang. Sikap itu lah yang ditunjukkan Direktur Penyidikan (Dirdik) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Brigjen Pol Aris Budiman. Bagaimana tidak, dia datang tanpa restu dari pemimpinnya di komisi antirasuah. Namun, perintah itu dilanggarnya demi membela nama baik dan integritasnya yang \'dikoyak\' teman sendiri. \"Sepanjang karir saya, ini pertama kali saya membantah perintah pimpinan,\" ucapnya dengan lugas ketika bersaksi di hadapan Pansus Angket KPK di Kompleks Parlemen jelang tengah malam, Selasa (29/8). Keberaniannya membangkang itu berujung pada konsekuensi. Benar saja, Juru Bicara KPK Febri Diansyah semalam mengatakan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan sanksi untuk Aris. Seakan teguh terhadap pendiriannya, Aris mengatakan berani menanggung risiko tersebut. Dia berpendapat bahwa kehadirannya di Pansus Angket KPK adalah legal. Jikalau nantinya dipecat dari KPK, dia malah bertanya balik kepada pimpinan disana apakah salah dengan kedatangannya. Sebab, sejumlah ahli mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan pansus legal. Lagipula, Mahkamah Konstitusi (MK) belum memtuskan bahwa kegiatan Pansus Angket KPK tidak dibenarkan. \"Kalau mau mengeluarkan saya, serahkan saja saya ke Pak Kapolri. Saya tidak menyesal,\" tegas Aris. \"Saya siap (dipecat),\" ujarnya menjawab pertanyaan salah satu pansus mengenai sanksi pemecatan. Memang, yang disampaikan Aris begitu mencengangkan. Namun penyampaiannya tetap dilakukan dengan berhati-hati agar tidak keluar dari koridor yang berkenaan dengan perkara atau kasus hukum di KPK. Bahkan sesekali dia enggan menjawab pertanyaan anggota pansus bila itu \'nyerempet\' ke salah satu perkara. Begitu pula ketika dia enggan menyebut nama orang-orang yang menyerangnya secara personal di KPK. Aris hanya bisa menjawab \"iya\" ketika Pansus Angket KPK menegaskan apakah orang tersebut adalah Novel Baswedan dan Ambarita Damanik. Atau, menggunakan kata penyidik sebagai penggantinya. Ya, dalam pengakuannya secara terbuka kepada pansus, pria yang mengawali karir kepolisiannya di Papua itu mengatakan, di KPK ada semacam persaingan. Bahkan bisa disebut dua kubu. Itu diketahuinya setelah kebijakannya untuk merekrut penyidik Polri berpangkat AKP dan Kompol ditentang. Diam-diam, persyaratan yang dibuatnya melalui rapat dengan deputi untuk dikirimkan ke SDM Polri diubah. Adapun surat permintaan penyidik yang disampaikan hanya meminta perwira setingkat AKP. Tentu, hal tersebut membuatnya geram bukan kepalang. Hingga akhirnya ada sebuah e-mail dari seorang penyidik yang belakangan diketahui adalah Novel, berisi penghinaannya secara personal sebagai Direktur Penyidik KPK. Hingga akhirnya satu hari sebelum peristiwa itu kadaluarsa, Aris melaporkan hal tersebut ke Bareskrim Mabes Polri setelah dia tidak mendapat respon pasti atas laporannya di internal KPK. Tak henti di situ, belum lama ini, dirinya kembali diserang. Kali ini melalui potongan rekaman berita acara pemeriksaan (BAP) Miryam S Haryani yang sengaja ditampilkan bagian nama dia disebut-sebut meminta uang senilai Rp 2 Miliar ke anggota Komisi III DPR. Tentu marahnya bukan kepalang. Aris menegaskan dirinya tidak pernah meminta apapun kepada pihak yang berperkara. Dia mengatakan, tawaran lebih besar dari Rp 2 miliar pernah menghampirinya namun ditolak mentah-mentah demi menjaga integritasnya. Ya, merasa membangun karir dari bawah, dari ujung Indonesia, Marauke tepatnya, Aris tidak pernah mau macam-macam. Dia tidak pernah meminta tolong siapapun demi mencapai karirnya saat ini. Semuanya dilalui dengan proses. Menjaga nama baik diri, institusi, dan anak buahnya di Polri menjadi hal utama. \"Tidak mungkin saya khianati, tidak mungkin saya khianati mereka,\" sebutnya dengan nada sedikit lirih. Begitu pula dengan KPK. Dia menegaskan bahwa lembaga tersebut merupakan lembaga terhormat. Masih banyak karyawan yang bekerja setulus hati guna membersihkan Indonesia dari korupsi. Hanya saja ada oknum yang merusak citranya. Karena itu, dengan kedatangannya diharapkan agar ada perbaikan supaya KPK benar-benar menjadi lembaga yang bersih. \"Ini lembaga luar biasa, harapan bangsa Indonesia, perbaiki lembaga kita. Kalau masih ada seperti ini, maka akan tetap seperti ini ke depan,\" pungkas Aris. (dna/JPC)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: