Hanya 35 Persen TPS 3R yang Masih Beroperasi

Hanya 35 Persen TPS 3R yang Masih Beroperasi

PROGRAM tempat pengolahan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) reduce, reuse, recycle (3R) yang digulirkan Kementerian PUPR sejak tahun 2016 lalu, dinilai belum tepat sasaran. Karena lebih dari setengahnya TPS tersebut tidak difungsikan. “Saya sudah komunikasi dengan pihak PUPR. Saya tidak ingat persisnya berapa, namun lokasinya cukup banyak juga TPS 3R yang mangkrak dan tidak jalan,” ujar Deputi Walhi Jabar, Dwi Retnastuti saat ditemui Radar Cirebon di sela-sela kegiatan di Cirebon. Walhi tengah mendata jumlah TPS 3R yang saat ini mangkrak dan tidak beroperasi, untuk mencari penyebab pastinya. Sehingga diharapkan mampu mencari solusi dan TPS tersebut bisa beroperasi kembali. “Kita sedang cari penyebabnya juga. Kenapa tidak jalan, apakah memang karena kurangnya SDM untuk operasional, atau memang butuh penyertaan modal untuk pelaksanaannya,” imbuhnya. Dia menjelaskan, untuk tahun 2017 saja, jumlah TPS 3R yang dibangun Kementerian PUPR sebanyak 31 unit. Untuk lokasinya, tersebar di Jawa dan Kalimantan. “Kalau jumlah totalnya masih banyak, saya kurang begitu hafal. Yang jelas, untuk tahun ini saja sudah 31 unit, lokasinya di Jawa dan Kalimantan,” bebernya. Hanya menurutnya, dari total lokasi yang sudah dibangun tersebut, hanya ada sekitar 35 persen saja yang masih berjalan dan beroperasi. Seluruh lokasi TPS 3R yang masih beroperasi tersebut berada di luar Jawa. “Tahun ini ada rencana pengaktifan kembali TPS 3R, Bentuknya akan ada pelatihan untuk KSM (Kelompak Swadaya Masyarakat) yang akan mengelola TPS tersbeut. Untuk tahun ini, Cirebon tidak masuk, untuk Jabar hanya Kabupaten Tasikmalaya saja,\" sebutnya. Sementara itu, Kuwu Waled Asem, Yono, mengatakan, sudah beberapa bulan terakhir TPS 3R di Desa Waled Asem Kecamatan Waled mangkrak sejak diserahkan kepada kelompok masyarakat yang ditunjuk sebagai pengelolanya. Yakni Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sapu Jagat. “Ya, sudah beberapa bulan tidak jalan, efektif operasional hanya sekitar satu bulanan,” ujarnya. Yono menjelaskan, salah satu kendala yang dihadapi pengelola adalah tidak adanya anggaran untuk bisa menggerakan operasioanal TPS. Selain itu, sosialisasi yang dilakukan KSM terkait keberadaan TPS 3R ini belum mengena ke masyarakat. “Saat ini sedang kita upayakan agar TPS ini berjalan kembali. Namun butuh operasional yang tidak sedikit agar TPS ini berjalan. Saat ini, sedang kita pikirkan apakah menggandeng dengan Bumdes atau melalui bank sampah,” imbuhnya. Padahal, menurutnya, jika sudah berjalan, TPS ini bukan tidak mungkin malah bisa mendatangkan nilai ekonomis dan bisa memberdayakan masyarakat melalui produk-produk yang dihasilkan dari TPS 3R tersebut. “Kalau normal dan lancar, banyak produk yang dihasilkan. Ada pupuk cair, kerajinan tangan dan handy craft, untuk menyiapkan sistemnya nanti. Saat ini, kita mulai kembali melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang keberadaan TPS ini,” bebernya. Kendala lainnya yang dihadapi pengelola menurut Yono, kapasitas alat yang tidak bisa mengolah limbah rumah tangga, baik organik maupun anorganik di mana jumlah kepala keluarga yang ada di Waled Asem jauh lebih banyak ketimbang sampah yang bisa diolah oleh mesin yang ada. “Kalau mesin sendiri mampu mengolah limbah dari 200 sampai 400 KK, sementara ada sekitar 848 KK di Waled Asem, jumlah ini kan jomplang, jauh sekali, memang ini bukan untuk mengatasi masalah sampah yang ada saat ini, ini hanya untuk membantu mengurangi beban volume sampah,”jelasnya. Tempat Pengolahan sampah (TPS) Reduce, Reuse, Recycle (3R) Sapu Jagat di Desa Waled Asem Kecamatan Waled yang pada awal tahun lalu diresmikan oleh Bupati Cirebon saat ini dalam kondisi mangkrak dan tak beroperasi. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: