TPA Ciniru Merana, Excavator dan Buldoser Uzur Terpaksa Masih Digunakan

TPA Ciniru Merana, Excavator dan Buldoser Uzur Terpaksa Masih Digunakan

KUNINGAN - Jangan pernah membayangkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Ciniru, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, dilengkapi alat berat seperti excavator dan buldoser keluaran terbaru. Pasalnya, dua alat berat yang selama ini digunakan di TPSA terbesar di Kota Kuda itu sudah berusia 11 tahun atau sejak tahun 2006 silam. Karena digunakan nonstop setiap hari menarik gunungan sampah, alhasil kondisi alat berat tersebut sering mengalami kerusakan. Bahkan bagian depan excavator sudah dipasang kawat agar tidak lepas. Tragisnya, hingga saat ini Pemkab Kuningan belum mengalokasikan anggaran untuk pembelian alat berat tersebut. Pantauan Radar Kuningan, alat berat excavator dan buldoser tampak melakukan aktivitas membongkar gunungan sampah. Setiap hari, TPA tersebut menampung 178 ton sampah yang dihasilkan warga Kuningan. Sayangnya, meski posisinya cukup vital, namun alat berat yang berada di TPA seperti kurang diperhatikan. Bahkan kabarnya, pengajuan untuk membeli alat berat yang dibutuhkan tidak diakomodasi di APBD Perubahan. Terpaksa dengan alat yang usianya sudah uzur dan sering “sakit-sakitan” itu tetap digunakan lantaran tidak ada lagi alat berat cadangan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Amirudin tak memungkiri jika alat berat yang dioperasikan di TPA untuk membersihkan dan menarik sampah, sebenarnya sudah tidak layak. Namun karena tidak memiliki alat berat lagi, excavator dan buldoser itu tetap digunakan. “Kondisinya sudah memprihatinkan tapi tetap dipakai. Idealnya TPA ini mempunyai tiga alat berat. Satu untuk mendorong sampah yang baru datang, sedangkan satunya untuk membersihkan. Tapi karena hanya memiliki satu buldoser, ya dimanfaatkan semaksimal mungkin,” ujar mantan Kadis SDAP tersebut. Menurut dia, sejauh ini sudah mengajukan agar diberi alokasi anggaran untuk pembelian buldoser atau excavator. Sebab kedua alat berat yang sekarang dipakai, sudah banyak yang mengalami kerusakan. Misalnya gigi eksvakator terpaksa diikat pakai kawat agar tidak lepas. “Hal ini sudah kami sampaikan ke pak bupati. Bahkan kami sudah mengajukan agar di APBD Perubahan dianggarkan untuk pembelian alat berat. Tapi akhirnya tidak disetujui. Mungkin di tahun depan bisa dianggarkan agar proses pekerjaan di TPA bisa berjalan lancar,” ujarnya. Amir melanjutkan, produk sampah rumahan yang dihasilkan warga Kabupaten Kuningan cukup besar per harinya. Saat ini dengan jumlah penduduk sebanyak 1,1 juta jiwa lebih, menghasilkan sampah sekitar 556 ton/hari. Sedangkan sampah yang baru bisa ditangani oleh instansinya sebanyak 178 ton/hari. “Hitungannya sederhana. Satu warga menghasilkan 0,5 kilogram sampah dikalikan jumlah penduduk. Nah, dalam sehari muncul angka 556 ton sampah yang dihasilkan warga. Kemudian kami baru bisa mengangkut ke TPA sebanyak 178 ton. Lalu timbul pertanyaan, kalau hanya bisa terangkut 178 ton, maka sisa sampahnya kemana? Ini yang menjadi fokus pemikiran kami untuk pemecahannya,” tegas Amirudin diamini stafnya, Jonjon. Terkait jumlah armada pengangkutan sampah, sambung dia, Dinas Lingkungan Hidup hanya memiliki 14 unit dump truck dan empat unit arm roll. Ada yang usianya sudah di atas 20 tahunan, sehingga diperlukan peremajaan. “Alhamdulillah dari APBD 2017, kami sudah menambah kendaraan angkutan sampah berupa satu unit dump truck, dan dua unit arm roll. Ditambah empat unit kontainer dari 10 unit kendaraan pengangkut sampah yang kami butuhkan. Dengan penambahan tiga unit kendaraan tersebut, kami mampu meningkatkan pelayanan pengangkutan sampah sebanyak 35 ton/hari dari delapan desa/kelurahan,” beber dia. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: