Sedekah Bumi Bisa Jadi Agenda Wisata
MAJALENGKA – Ritual sedekah bumi yang akhir-akhir ini dilaksanakan di sejumlah daerah atau desa di Majalengka merupakan rutinitas masyarakat. Dosen Universitas Majalengka, H Didin Misbahudin menilai ritual tahunan tersebut bukan hanya rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan. Melainkan sebuah tradisi yang memiliki makna. Kegiatan tersebut merupakan bentuk rasa syukur dan menjadi bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan dari adat istiadat dan budaya Jawa. Bukan hanya itu, ritual adat seperti guar bumi atau sedekah bumi, bisa menjadi aset dan agenda wisata yang layak dijual ke wisatawan terutama wisatawan asing. Ritual adat seperti ini sangat menarik bagi wisatawan asing. Tinggal bagaimana cara mempromosikan agenda tersebut kepada wisatawan. “Majalengka memiliki banyak aset wisata yang potensial namun kurang dikelola. Seperti ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas masyarakat setiap tahun, merupakan salah satu jalan dan simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan,” jelasnya. Bahkan menurut cerita dari nenek moyang, tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. Melalui ritual sedekah bumi yang dipercaya masyarakat sebagai salah satu simbol paling dominan, khususnya bagi para petani untuk menunjukkan rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan. Sementara itu, kegiatan sedekah bumi digelar di Desa Pagandon Kecamatan Kadipaten, Rabu (18/10). Kegiatan yang dipusatkan di lapangan sepak bola itu dihadiri ratusan masyarakat, para tokoh adat, dan tokoh agama. Kepala Desa Pagandon Nana Suharna mengulas sejarah dan tradisi-tradisi. “Ini dulu selalu dilakukan para leluhur atau nenek moyang. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama meminta kepada Allah agar selalu diberi kebaikan khususnya saat penanaman, dan diberi hasil yang melimpah saat panen,” tutur kepala desa. Kegiatan sedekah bumi itu ditandai tujuh tokoh masyarakat melakukan proses pencangkulan di areal sawah. Proses itu merupakan simbol sebelumnya tanah tidak dipakai selama beberapa bulan dan sekarang bisa digarap. Diharapkan ritual bisa menjadi keberkahan bagi masyarakat Pagandon. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: