Jalan Lingkar Mulai Dicor Pakai Teknologi Baru Sistem CTB
KUNINGAN-Sebuah teknologi baru dalam pengerjaan jalan diterapkan PT Mulya Giri, kontraktor pembangunan Jalan Lingkar Timur Panawuan-Garatengah. Jika rekanan sebelumnya menggunakan cara konvensional berupa pemasangan agregat batu dengan ukuran kepalan tangan, kemudian dilakukan pemadatan, proses seperti itu ditinggalkan pemenang lelang ruas jalan seksi IV yang menghubungkan Panawuan sampai Garatengah. Perusahaan asal Kota Bogor tersebut memilih sistem cor tanpa besi (CTB) yang kerap dipakai di ruas jalan nasional. Dari pantauan Radar, pengecoran kali pertama dilakukan Kamis (19/10), diawali dari simpang empat Panawuan. Sejumlah alat berat yang khusus didatangkan guna dipakai dalam proses CTB, nampak hilir mudik. Sebelum dicor, badan jalan sudah dipenuhi seplit batu seperti untuk ngecor dan dipadatkan menggunakan alat berat. Kemudian di atas hamparan batu seplit yang padat ditaburi semen melalui kendaraan khusus. Selanjutnya kendaraan pengaduk coran bekerja membongkar material bahan coran. Alat itu mampu menggali sampai kedalaman 30 sentimeter dan mengaduknya hingga semen menyerap ke pori-pori batu seplit. Menurut Andi, pengerjaan sistem CTB jauh lebih ekonomis ketimbang menggunakan sistem konvensional yakni pemadatan. Sebab, material yang sudah terhampar diaduk hingga rata dan dipadatkan kembali. Kekuatan badan jalan juga lebih teruji karena pondasi awalnya berupa beton namun tanpa besi. “Kami sudah memasang sistem CTB ini di beberapa daerah terutama jalan nasional. Coran ini sama sekali tidak memakai besi, namun sangat kuat lantaran diaduk memakai mesin khusus. Cara ini lebih ekonomis dan cepat kering,” terang dia. Sedangkan Superintendent PT Mulya Giri, Wahyu menegaskan, pemakaian sistem CTB ini atas perintah bosnya karena dipandang ekonomis, cepat dan kekuatannya sudah teruji. Kedalaman bahan material yang dicor mencapai 25 sentimeter. Kelebihan lainnya, tidak dibutuhkan waktu lama untuk memasang hotmik di atasnya. “Lapisan bawahnya tetap memakai coran, dan di atasnya kemudian dihotmik. Ketebalan hotmik sesuai RAB yakni 6 sentimeter. Kami yakin hanya butuh 10 hari untuk memuluskan Jalan Panawuan-Garatengah ini,” tegas Wahyu. Proses pengecoran badan jalan juga mendapatkan perhatian Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pentaaan Ruang (DPUPR), Ir H Jajat Sudrajat MSi. Bahkan Ajat, panggilan akrabnya, membawa seluruh jajaran kabid dan sekdis untuk melihat langsung pengerjaan pengecoran yang dianggapnya berteknologi baru tersebut. “Kami ingin melihat langsung proses pengerjaannya. Sebab, ini kali pertama Kuningan menggunakan sistem CTB. Dari keterangan pihak perusahaan, sistem CTB ini jauh lebih kuat ketimbang yang biasa. Makanya kami memantaunya langsung ke lapangan,” sebut Ajat kepada Radar. Sayangnya, kata dia, pengerjaan pengecoran tidak berlangsung mulus lantaran turun hujan. Sehingga pihak kontraktor menghentikan pengecoran. Seandainya tidak hujan, Ajat yakin pengerjaannya akan lebih panjang dalam satu hari. “Pengecoran ini tidak terlepas dari kondisi cuaca. Jika cerah, maka proses pengerjaannya lebih cepat. Di mana, pekerja bisa menaburkan semen di atas material. Beda kalau hujan, semen tidak bisa ditaburkan. Tadi saya melihat cara kerjanya sangat bagus, dimana bahan material diaduk hingga kedalaman yang sudah ditentukan,” paparnya didampingi Kabid Bina Marga, Apep Kusmara ST MSi. Terkait kelangsungan pembangunan jalan lingkar timur seksi V dan VI, Ajat optimistis bisa sesuai target yang ditentukan yakni di tahun 2018. Saat ini pihaknya terus melobi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-Pera RI) agar mau mengucurkan anggaran untuk penuntasan ruas jalan tersebut. “Kami sudah mendapat kabar gembira jika ruas jalan ini masuk dalam skala prioritas Kementeriam PU-Pera di tahun depan. Mudah-mudahan saja pemerintah pusat mengalokasikan anggaran untuk menuntaskannya. Butuh Rp250 miliar agar jalan lingkar timur selesai dan dilengkapi sarana pendukung lainnya,” ungkap Ajat. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: