Petani Pilih Timbun Garam, Tunggu Harga Naik saat Musim Hujan

Petani Pilih Timbun Garam, Tunggu Harga Naik saat Musim Hujan

CIREBON - Mayoritas petani garam di Kabupaten Cirebon mulai memilih menimbun hasil panennya untuk dijual pada musim hujan dengan harga yang jauh lebih mahal. Karena itu, tidak heran jika saat ini banyak terlihat lokasi-lokasi penyimpanan atau gudang garam darurat milik petani. Yoyo (40), salah satu petani penggarap di Blok Kandawaru, Desa Waruduwur mengatakan, saat ini harga jual garam cenderung mulai stabil. Untuk harga jual 1 kg di tingkat petani, dihargai sekitar Rp1.600-1.700. “Harga sudah normal, bahkan cukup tinggi juga, sekitar Rp1.600-1.700-an. Tapi saat ini jarang ada garam petani yang keluar. Mereka lebih memilih menyimpan, menunggu harga yang dipastikan naik tinggi pada musim hujan nanti,” ujarnya. Harga garam sendiri dipastikan terkerek naik drastis jika musim hujan sudah datang, karena saat itu para petani tidak bisa lagi memproduksi garam dan harus menunggu musim kemarau berikutnya, untuk memulai mengolah tambak garam. Ini waktu-waktu terakhir produksi. Pihaknya mulai menyimpan, karena nanti sudah tidak bisa lagi. Kalau dia pribadi, sebagian garam sudah dijual untuk biaya garapan. Sekarang, garam hasil panen di sisa waktu menunggu musim hujan, akan dikumpulkan dan disimpan di lahan kosong dekat lokasi tambaknya. “Saya tidak punya gudang, garam saya simpan di lahan kosong. Bawahnya dikasih alas dari anyaman bambu, dan atasnya serta bagian samping ditutup terpal. Ini aman, kalau pun kena hujan, yang encer atau hilang tak seberapa,” bebernya. Sementara itu, salah seorang petani lainnya, Kanim (50) saat ditemui Radar mengatakan, jika menyimpan garam di waktu-waktu terakhir musim panen garam, sudah menjadi kebiasaan petani garam di Cirebon. Makanya, tidak heran jika saat ini banyak tumpukan karung-karung garam tertutup terpal milik para petani di sentra-sentra kawasan produksi garam. “Tapi tidak semua petani bisa simpan garam, karena banyak juga petani yang butuh modal dan masih terikat utang dengan para tengkulak. Jadi, tumpukan gudang garam darurat itu bukan hanya punya petani, tapi ada juga punya tengkulak,” ungkapnya. (dri)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: