Angkat Tradisi Jadi Agenda Wisata
MAJALENGKA – Tidak hanya sedekah bumi, melainkan sejumlah tradisi lain juga sampai saat ini masih menjadi agenda Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai aset wisata. Tak terkecuali ngapem atau pembuatan kue apem, yang menjadi tradisi masyarakat saat memasuki bulan Safar. Kepala Disparbud Gatot Sulaeman mengatakan, adat istiadat masyarakat di Majalengka jumlahnya sangat banyak. Dia mengaku sedang menyiapkan sebuah event agar lebih dikenal di kalangan masyarakat khususnya dari luar kota angin. “Kita (Majalengka, red) banyak memiliki aset wisata. Menghadapi kehadiran Bandara Internasional Jawa Barat di Majalengka, kita juga tengah berupaya mempromosikan aset wisata yang dimiliki dan masih ada sampai saat ini,” paparnya kepada Radar Majalengka. Meski belum intervensi secara langsung, namun pembuatan kue apem tersebut secara bertahap bakal dibuatkan event khusus. Gatot mengaku tengah menyusun aset-aset untuk meningkatkan sektor wisata di kota angin menghadapi kehadiran BIJB. Mulai tahun 2018 mendatang, beberapa kegiatan yang bakal mendongkrak sektor wisata akan disinkronkan dengan tradisi masyarakat. Seperti tradisi Guar Bumi belum tentu tahun depan jatuh di bulan yang sama. “Orang biasa mengenal dengan bulan masehi. Sementara kegiatan adat terkadang mengacu ke bulan hijriah. Oleh karena itu, kita akan sinkronkan setiap event agar ketika wisatawan datang bisa mengetahui ada kegiatan apa setiap bulan di Majalengka,” tukas mantan Camat Ligung ini. Disparbud berupaya mempromosikan seluruh aset wisata di kota angin. Seperti tradisi Talaga Manggung beberapa hari lalu, menjadi prioritas meningkatkan sektor wisata. Kegiatan tersebut juga merupakan pengenalan kepada generasi muda agar menjaga dan mempertahankan tradisi tersebut. Sementara memasuki bulan Safar yang jatuh pada akhir Oktober hingga awal November ini, sejumlah daerah di Majalengka masih mempertahankan pembuatan kue apem. Seperti di Desa Cidenok Kecamatan Sumberjaya. Di wilayah tersebut masih ada yang membuat kue apem, khususnya orang yang lahir di bulan Safar. “Selain menjaga tradisi, kegiatan ngapem ini juga disikapi masyarakat untuk berbagi dengan sesama. Tetapi sebaiknya kegiatan ini dikonsep pemerintah untuk membuat event dengan jumlah massa yang besar setiap memasuki bulan Safar,” harap warga setempat, Supriatna. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: