Bahaya di Depan Mata

Bahaya di Depan Mata

Musim Hujan, DKP Lamban Rampingkan Pohon KESAMBI - Pepohonan besar berdahan rindang yang menutupi badan jalan, sangat membahayakan pengguna jalan. Terlebih di musim hujan seperti sekarang, dahan-dahan pohon itu rawan menimpa masyarakat. Pantauan Radar, dahan pohon menjuntai hingga ke badan jalan paling banyak ada di Jl Kesambi. Lainnya, ada di sepanjang Jl Cipto MK, seputaran alun-alun Keraton Kasepuhan, dan Jl Kebumen. Menurut salah satu warga Jl Kesambi, Julaeha (37), saat hujan besar turun disertai angin kencang, pepohonan besar di depan RSUD Gunung Jati dan Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) selalu bergoyang hebat. Dahan-dahan pohon yang rindang mengancam keselamatan pengguna jalan. “Bahaya di depan mata itu. Kalau dahannya patah atau pohonnya yang rubuh, sudah pasti jatuh ke tengah jalan,” katanya kepada Radar, Selasa (4/12). Warga Jl Kesambi lainnya, Eka Rusjayanto (27) mengungkapkan, pohon-pohon besar di sekitar rumahnya memang rawan tumbang saat musim hujan. Dia berharap ada langkah konkret dari dinas terkait untuk melakukan penataan pohon besar tersebut. “Daripada membahayakan, lebih baik dirampingkan. Potong bagian-bagian yang sekiranya berpotensi membahayakan masyarakat,” ujarnya. Eka yang setiap hari melewati Jl Kesambi, sering merasa khawatir saat musim hujan. Apalagi beberapa kejadian pohon besar rubuh dan menimpa warga, terjadi di Kota Cirebon. “Mencegah lebih baik. Kalau panas hanya sementara, yang penting selamat,” ucapnya. Dikonfirmasi, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cirebon, Ir Eddy Krisnowanto MM, sudah membuat solusi untuk melakukan aksi perampingan hingga pemotongan kepala pohon yang diistilahkannya papakduduk. Meski menuai pro dan kontra, lanjut Eddy, langkah itu dianggap paling efektif. Satu sisi, saat pohon besar di pinggir jalan di-papakduduk, menyebabkan lingkungan sekitar menjadi panas dan gersang. Meskipun hanya sementara, masyarakat sudah banyak yang protes. Namun sisi lain, saat musim hujan seperti sekarang, pohon besar yang begitu rindang hingga ke atas badan jalan, mengkhawatirkan pengguna jalan dan masyarakat. “Kita dilematis di sini,” katanya di ruang kerja, kemarin. Eddy menyebutkan pihaknya sudah rutin melakukan pemangkasan ranting pohon yang membahayakan. Guna menghadapi musim hujan ini, DKP cenderung melakukan papakduduk. Artinya, ranting dan daun pohon dipotong dalam batas aman bagi masyarakat. “Kalau papakduduk, itu lebih aman dan bertahan hingga empat tahun. Masalah gersang dan panas, dalam tiga bulan Insya Allah sudah tumbuh lagi. Terpenting tidak membahayakan masyarakat pengguna jalan,” paparnya. Ia membeberkan beberapa titik riskan pohon tumbang, di antaranya jalan kawasan Penggung, Jl Cipto MK, Jl Kesambi, dan beberapa jalan protokol lainnya. Sebab saat hujan turun bersama petir, pohon besar yang belum di-papakduduk rawan tumbang. Tidak menutup kemungkinan menimpa masyarakat pengguna jalan. Meski bencana kehendak Tuhan YME, namun DKP tetap melakukan langkah pencegahan. “Kita meminimalisir berbagai kemungkinan. Bencana urusan Allah SWT, sebagai manusia kami tetap berusaha,” tegasnya. Edi mengungkapkan sejauh ini posisi DKP dilematis. Jika tidak melakukan apa-apa salah, jika melakukan papakduduk diprotes warga. Terbaru, pohon di Jl Ario Dinoto telah di-papakduduk. Awalnya, warga dan pedagang protes karena gersang. Setelah dua sampai tiga bulan ranting dan daun mulai tumbuh kembali, warga dan pedagang sekitar menjadi senang. Begitupula yang terjadi saat DKP melakukan papakduduk di depan RSUD Gunung Jati. Warga protes dan tidak mau DKP melanjutkan papakduduk ke pohon lainnnya. “Kami tetap melakukan langkah skala prioritas untuk melakukan langkah meminimalisir saat musim hujan,” tandasnya. (ysf)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: