Prediksi 3 Paslon, Peluang Head to Head Bisa Terjadi Bila Koalisi Umat Solid
KUNINGAN–Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 semakin hari kian dekat saja. Prediksi hanya akan ada tiga pasangan calon (paslon) Bupati-Wabup Kuningan di Pilkada 27 Juni 2018 nanti pun kembali mengemuka pasca ditemukannya data ganda eksternal Wabup Dede Sembada ST (Desem) di Sistem Informasi Partai Politik (Sipol). Tak hanya prediksi pasangan calon, prediksi parpol-parpol koalisi pun mengemuka. Bahkan sempat muncul wacana perubahan statistik politik jelang Pilkada 2018 pasca Desem yang notabene politisi PDIP, terdaftar di keanggotaan PKS. Ade Ahmadi, salah seorang pemerhati politik Kuningan menyampaikan prediksinya soal pemasangan calon Bupati-Wabup Kuningan beserta parpol koalisi untuk Pilkada Kuningan 2018. Ia mengatakan cukup logis jika pilkada nanti akan diikuti sebanyak tiga paslon saja. Untuk yang pertama, ia menyebut calon incumbent, yakni H Acep Purnama SH MH dipandang masih menduduki posisi teratas dari segi popularitas dan elektabilitas. Ia juga menganggap wajar jika Acep kini jadi rebutan banyak parpol untuk diusung bersama calon wakil bupati dari parpol-parpol itu. Seperti PKB, yang memiliki bakal calon dr H Toto Taufikurohman Kosim. Ade menyebut Acep cukup logis bila berpasangan dengan dr Toto yang merupakan Direktur RSU Kuningan Medical Center (KMC), karena PKB sendiri merupakan partai berbasis massa NU, sehingga PKB nanti bisa saja berkoalisi dengan PDIP. “Sangat logis kalau PDIP berkoalisi dengan PKB, hitungan PDIP mau berkoalisi dengan PKB, karena PKB itu parpol berbasis NU yang kita tahu sendiri NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Andai PDIP koalisi dengan PKB, ini adalah koalisi parpol besar dan menjadi lawan berat, jumlah kursinya pun lumayan gemuk, PDIP 10, PKB 5, jadi 15 kursi,” kata Ade. Kemungkinan lainnya, kata Ade, PDIP akan mengusung satu paket paslon bupati wabup, yakni Acep dan Rana Suparman SSos yang merupakan Ketua DPC PDIP merangkap Ketua DPRD. Kedua tokoh PDIP yang sejak lama berjuang keras membesarkan PDIP ini pun dipandang sangat logis jika dipasangkan, terlebih wacana ini juga sudah lama mengemuka ke publik. “PDIP itu satu-satunya parpol yang bisa mengusung satu paket pasangan calon, karena memiliki 10 kursi di DPRD. Jumlah kursi PDIP ini adalah batas minimal persyaratan sesuai ketentuan 20 persen dari jumlah kursi keseluruhan di DPRD Kuningan. Ini artinya PDIP juga sangat logis jika mengusung satu paket pasangan, yaitu Pak Acep dengan Pak Rana. Atau kemungkinan lain Pak Acep satu paket dengan Pak Dede Sembada. Tapi saya kurang tahu apakah akan ada pertimbangan lain kepada Pak Desem setelah adanya temuan di Sipol mengenai ganda eksternal kemarin, kan rame juga di berita koran saya baca,” katanya. Prediksi pasangan lainnya, menurut Ade, yakni Ketua DPD PAN H Udin Kusnaedi SE MSi (Jiud) dengan M Ridho Suganda MSi (Edo). Keduanya secara logis bisa diusung oleh koalisi PAN dengan PPP, mengingat PPP sendiri sudah memberikan dukungan resmi kepada Edo saat menggelar Muspimcab (Musyawarah Pimpinan Cabang) di RM Lembah Ciremai belum lama ini. Dengan modal 8 kursi di DPRD, terlebih menjadi pemenang kedua setelah PDIP, PAN dianggap layak juga berkoalisi dengan PPP yang memiliki jumlah 3 kursi di DPRD, sehingga jika bergabung pasangan Jiud-Edo bermodalkan 11 kursi. “Pasangan Jiud-Edo juga sangat logis, ini pasangan ideal yang cukup kuat. Apalagi ditopang dengan nama besar Pak Aang dengan almarhumah Ibu Utje sebagai orang tua Edo. Walau bagaimana pun, nama besar Pak Aang terutama, saya pikir sampai sekarang masih nempel di benak masyarakat karena beliau pernah menjadi Bupati Kuningan dua kali berturut-turut, 10 tahun. Pasangan ini juga jangan dianggap remeh oleh lawan,” ujarnya. Untuk prediksi paslon ketiga yang dipandang logis oleh Ade, yakni H Dudy Pamuji SE MSi (Cabup dari Partai Golkar) dan Yosa Octora Santono SSi MM (Cabup dari Partai Demokrat). Menurut Ade, kedua kandidat ini merupakan tokoh politik yang tergolong baru ternama di Kuningan, namun berkat kerja keras mereka yang rajin terjun ke masyarakat melalui berbagai upaya sosialisasi, maka popularitas dan elektabilitasnya pun mulai diperhitungkan. Ia pun menganggap pasangan Dudy-Yosa tidak bisa dianggap remeh oleh pasangan lain di Pilkada 2018. “Dudy-Yosa jelas sangat logis juga, apalagi kalau memang nantinya betul-betul akan diusung oleh Golkar dan Demokrat, bahkan ditambah PKS. Golkar 7 kursi, Demokrat 5 kursi, belum lagi kalau PKS ikut gabung dengan memiliki 5 kursi, jadi 17 kursi, kuat banget dong. Pasangan ini juga tidak bisa dianggap remeh, tahu sendiri gerakan Golkar seperti apa dari dulu, ini partai senior. PKS juga gerakannya luar biasa karena satu suara, ditambah gerakan Demokrat juga,” ucapnya. Lalu bagaimana dengan posisi Partai NasDem dan Gerindra? Ade mengaku belum bisa memberikan gambaran mau kemana kedua parpol ini. Hanya saja jika 3 pasangan tersebut benar terjadi dan benar adanya diusung oleh koalisi yang disebutkan tadi, ia menduga NasDem dan Gerindra pada akhirnya akan bergabung dengan PDIP. Terkait keberlangsungan Koalisi Umat yang merupakan gabungan 4 parpol, yakni PAN, PKS, Demokrat dan Gerindra, Ade mengatakan jika memang koalisi ini tetap solid, maka kemungkinan besar Pilkada Kuningan 2018 akan terjadi Head to Head alias hanya akan ada dua pasangan calon saja yang muncul. “Kalau Koalisi Umat ini benar-benar solid dan tetap solid, mungkin saja malah hanya ada dua pasangan paslon, atau kita sebut Pilkada nanti Head to Head, ini akan ramai. PDIP akan dikepung oleh gabungan parpol lain dalam Koalisi Umat. Artinya, kalau Koalisi Umat bisa ditunjukkan untuk bertahan dan solid, saya yakin parpol lain juga selain PDIP akan bergabung. Calon pasangannya siapa? Itu kan bisa dibicarakan dengan hitung-hitungan politik yang matang,” pungkasnya. (muh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: