Soal Pasar Batik Trusmi, Dewan Sebut Disdagin Tidak Inovatif

Soal Pasar Batik Trusmi, Dewan Sebut Disdagin Tidak Inovatif

CIREBON-DPRD Kabupaten Cirebon menganggap Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Cirebon tidak inovatif dalam melakukan pengelolaan hingga mempromosikan Pasar Batik Trusmi. Sehingga sampai sekarang masih sepi pengunjung. DPRD pun menolak jika Disdagin asal main tertibkan pedagang yang malas membuka kiosnya. “Tentu ini tidak boleh langsung asal penertiban saja. Kami tidak setuju. Tetapi harus dilakukan diskusi dulu, tanyakan dulu kenapa pedagang tidak membuka kiosnya,” ujarnya kepada Radar. Yuningsih mengatakan, pihaknya sangat yakin pedagang banyak yang malas membuka kiosnya lantaran ada sebabnya. Penyebabnya bisa berkaitan dengan pengelolaan pasar. Hendaknya ini bisa diselesaikan oleh Indag. Jika memang Disdagin tetap memaksakan melakukan penertiban pedagang yang malas membuka kiosnya, tentu akan menimbulkan permasalahan baru. “Ini mencari inovasi bagaimana caranya pasar batik ramai saja belum bisa, malah mau menertibkan pedagang. Akan muncul masalah baru lagi dengan pedagang. Ini yang harus menjadi pertimbangan,” ucapnya. Yuningsih sangat yakin kondisi sepi ini yang bisa menyebabkan para pedagang masih enggan membuka kiosnya. Dia yakin, kalau ramai para pedagang akan membuka kiosnya. Dia pun meminta Disdagin tidak asal menyalahkan para pedagang. Yang penting saat ini, lanjutnya, Disdagin harus kreatif dan berinovasi, mempromosikan bagaimana caranya agar Pasar Batik Trusmi bisa ramai pengunjung. Kalau Disdagin hanya menyalahkan pedagang, sambung perempuan yang terpilih dari WTC ini, membuktikan bahwa Disdagin tidak mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. “Bahkan saya dengar, para pedagang banyak mengeluhkan kondisi Pasar Batik yang tidak terkelola dengan baik, sehingga menyebabkan lingkungannya menjadi kotor,” ucapnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Kabid Pengelolaan Pasar Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Cirebon, Eka Hamdani mengatakan, hampir 30 persen dari 280 jumlah pedagang Pasar Batik Trusmi yang tidak aktif berdagang di Pasar Batik. \"Ya itu, dari sekitar 280 pedagang, sekitar 30 persennya masih menutup tokonya. Artinya mereka ini tidak aktif,\" ujarnya kepada Radar. Eka mengungkapkan, banyak wisatawan ataupun pengunjung yang enggan berkunjung ke Pasar Batik Trusmi lantaran sepi. Padahal dia yakin, kualitas dagangan yang ada di Pasar Batik Trusmi ini sangat bagus. Sayangnya, karena kesan sepi ini, jadi banyak juga wisatawan ataupun pengunjung yang tidak mau berkunjung, karena melihat Pasar Batik Trusmi yang sepi. Oleh karena itu, untuk mencegah kesan sepi itu, dalam waktu dekat pihaknya akan segera melakukan penertiban kepada pedagang Pasar Batik Trusmi yang jarang atau bahkan sering menutup tokonya. \"Bulan depan kita akan tertibkan pedagang yang jarang membuka tokonya. Kita beri peringatan satu hingga tiga kali. Kalau sampai peringatan ketiga tidak juga membuka dan aktif berdagang, maka kita akan cabut kiosnya,\" tegasnya. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: