Bangun Tidur Sudah Ditunggu Tamu, Keliling Desa sampai Malam

Bangun Tidur Sudah Ditunggu Tamu, Keliling Desa sampai Malam

Bupati H Acep Purnama SH MH makin intensif mengunjungi berbagai desa. Selain mendapat undangan langsung dari si empunya kegiatan, kehadiran bupati juga mampu menarik minat masyarakat di wilayah tersebut untuk datang ke lokasi acara. Agus Panther, Kuningan Menjadi bupati ternyata harus siap mental dan fisik. Betapa tidak, dalam sehari, orang nomor satu di Kota Kuda itu harus memenuhi undangan empat atau lima acara bahkan lebih di lokasi yang berbeda. Bisa saja satu kegiatan berlangsung di Kecamatan Subang, kemudian acara kedua yang juga mengundang bupati berada di Kecamatan Luragung. Jarak tempuh dari Subang ke Luragung juga lumayan jauh. Itu belum dengan acara ketiga yang juga dilangsungkan di kecamatan lainnya. “Ya memang jadwal bapak sangat padat setiap harinya. Bapak sendiri berusaha untuk memenuhi semua undangan,” sebut Kabag Humas Setda, Wahyu Hidayah. Itu belum termasuk menerima tamu di pagi hari sebelum bertugas. Biasanya tamu bupati sudah berada di ruang tunggu pendopo sejak pukul 06.00 WIB. Tamu yang datang berasal dari berbagai komponen masyarakat dengan aneka keperluan yang juga berbeda. Meski belum masuk jam kerja, namun bupati tetap menerima tamu di ruang kerjanya. Usai menerima tamu, kemudian bupati memimpin apel di halaman setda yang diikuti pejabat dan pegawai di lingkungan setda. Selepas apel barulah bupati berangkat memenuhi undangan dari warganya. Pulang dari menghadiri kegiatan, Acep tak langsung istirahat. Sebab di ruang tunggu sudah banyak tamu. Seolah tak ingin mengecewakan tamu yang sudah lama menunggunya, dia menyempatkan diri untuk menerimanya, meski hanya beberapa menit saja. Selain acara di wilayahnya sendiri, bupati juga sering ke luar kota karena ada undangan. Dan pulang dari luar kota dini hari, paginya sudah kembali berkeliling di acara-acara yang diselenggarakan elemen masyarakat dan juga instansi pemerintah. Kendati harus berkeliling Kabupaten Kuningan setiap harinya, tapi Bupati Acep mengaku senang. Pasalnya, dia bisa bertemu langsung dan menyapa masyarakat yang dipimpinnya. Karena itu, dia berusaha sebisa mungkin untuk hadir ketika diundang oleh masyarakat. “Saya merasa senang bertemu dengan masyarakat sendiri. Enjoy aja. Biasanya rasa capai itu hilang ketika bertemu dan dialog dengan masyarakat. Makanya saya senang ketika mendapat undangan dari desa-desa,” kata Bupati Acep dalam sebuah kesempatan. Tanggal merah nasional atau hari Minggu, juga bukan jaminan bupati bisa menikmati kebersamaan dengan keluarganya atau sekadar selonjoran di kediamannya. Hal itu disebabkan banyak agenda kegiatan yang dilangsungkan bertepatan dengan hari Minggu. Tercatat ada lima kegiatan dari pagi sampai malam hari. Uniknya, si pembuat jadwal kegiatan bupati, mencantumkan jam yang sama untuk dihadiri bupati. Seperti jam 08.00, undangan pembukaan festival olahraga tradisional di lapangan Pandapa Paramartha, dan di jam yang sama pula, bupati dijadwalkan membuka acara festival seni dan budaya desa se Kecamatan Garawangi. Dampak dari banyaknya kegiatan yang waktunya bersamaan dan dihadiri bupati, membuat acara sering molor karena menunggu kedatangan bupati. Kondisi ini tidak terlepas dari perhatian Boy Sandi, pemerhati kebijakan. Dia menyarankan kepada pembuat jadwal bupati, untuk lebih teliti dalam menjadwalkan kunjungan. Tujuannya agar masyarakat tidak menunggu terlalu lama. “Harus ada koordinasi yang baik antara pembuat jadwal dan penyelenggara kegiatan. Ini agar masyarakat atau peserta kegiatan, tidak harus menunggu berjam-jam kedatangan bupati,” saran Boy. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: