Rusuh, 2 Kuwu Indramayu Ditangkap

Rusuh, 2 Kuwu Indramayu Ditangkap

Demo Tuntut DPR Sahkan RUU Desa JAKARTA - Gedung DPR kembali menjadi pelampiasan kejengkelan puluhan ribu massa yang menuntut segera disahkannya RUU Desa. Aksi demonstrasi yang digelar Aliansi Desa Indonesia (ADI) itu merupakan gabungan dari empat elemen. Mereka adalah Asosiasi Pemerintah Desa Indonesia (Apdesi), Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI), Persatuan Rakyat Desa Nusantara (Parade Nusantara), dan Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara (RPDM). Massa mulai berkumpul di gerbang depan gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, sejak subuh. Sekitar pukul 07.00, situasi yang kurang kondusif sudah terasa. Puluhan bis dari luar kota menurunkan para pamong desa yang akan berdemonstrasi di dalam ruas jalan tol yang berada tepat di seberang gedung DPR. Dalam sekejap kemacetan total terjadi, baik dari arah Cawang menuju Grogol, maupun sebaliknya. Sekitar satu jam kemudian, demonstran mulai bertingkah anarkis dengan merusak pagar besi pembatas jalan dan rambu lalu lintas. Tapi, ratusan polisi yang berjaga belum mengambil tindakan represif. Sekitar pukul 09.00, massa yang semakin beringas mulai membakar ranting-ranting pohon serta membentangkan spanduk di tengah jalan tol. Tapi, kemacetan di ruas tol itu tak berjalan lama. Sekelompok pria berpakaian \"loreng\" yang tergabung di Satuan Tugas (Satgas) Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) dengan pimpinannya, Hercules, menertibkan para demonstran itu. Dengan diarahkan Satgas GRIB, para demonstran yang berbaju cokelat-cokelat ala pamong desa itu mulai keluar dari jalan tol. Sekitar pukul 09.45, arus kendaraan di jalan tol kembali lancar. Ketua Umum Parade Nusantara Sudir Santoso menegaskan kehadiran Satgas GRIB yang sayap Partai Gerindra itu sepenuhnya terkoordinasi. Menurut dia, sudah ada kesepakatan antara Aliansi Desa Indonesia dengan sejumlah parpol yang mendukung aspirasi mereka. Parpol terkait diperbolehkan membantu dengan menurunkan satgasnya masing-masing. \"Kesepakatan ini ada surat resminya,\" terang Sudir di sela-sela aksi, kemarin (14/12). Ketika situasi di ruas jalan tol mulai kondusif, situasi di gerbang depan DPR semakin memanas. Para demonstran memaksa masuk dengan menumbangkan pagar. Mereka juga melempari aparat keamanan dengan botol mineral, potongan kayu, dan batu. Setelah terjadi saling dorong dengan petugas, akhirnya gerbang DPR berhasil dirobohkan. Ribuan massa merangsek masuk. Polisi yang tidak tinggal diam langsung membatasi ruang gerak demonstran dengan bantuan 2 unit mobil barracuda, 2 unit water cannon, dan kawat berduri. Akhirnya massa bisa dilokalisir tak jauh dari gerbang. Meski begitu, para demonstran sudah puas dan kembali menggelar orasi. Ketika situasi chaos meletup, puluhan perwakilan massa berinisiatif menemui Ketua DPR Marzuki Alie dan Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan. Dalam pertemuan itu, keduanya menjanjikan RUU Desa akan disahkan pada tahun 2013. Mereka juga berpandangan perangkat desa layak diangkat menjadi PNS. Setelah memberi penjelasan itu, Marzuki dan Taufik juga menerima ajakan untuk berdialog dengan pengunjuk rasa yang berada di depan gerbang DPR. Tapi, ini justru menjadi awal masalah. Marzuki dan Taufik sempat naik ke atas mobil yang membawa sound system milik demonstran. Di lihat dari latar belakang parpolnya, Marzuki Alie adalah Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Sedangkan, Taufik Kurniawan merupakan Sekjen PAN. Tapi, baru saja Marzuki mulai berorasi dengan menjanjikan akan memperjuangkan pengesahan RUU Desa, sebuah botol minuman dilempar dari arah demonstran. Untungnya botol plastik itu hanya mengenai kaki Marzuki yang mengenakan setelan jas dan peci berwarna hitam. \"Saya minta perangkat desa tidak lempar. Saya minta perangkat desa membawa karakter,\" kata Marzuki. Tapi, permintaan Marzuki itu tak digubris. \"(Sahkan, red) hari ini...hari ini....!,\" balas para pendemo. \"Sebentar...sebentar sabar,\" jawab Marzuki. Meskipun suasana semakin memanas, Marzuki nekat meneruskan orasinya. RUU Desa, kata dia, bertujuan untuk menyejahterakan rakyat desa. Marzuki berjanji akan mengajak semua fraksi untuk menyelesaikan RUU Desa dalam masa sidang berikutnya. Tapi, lagi-lagi orasi Marzuki ini mendapatkan tanggapan negatif. \"Turun...turun...bohong semua,\" teriak ratusan pendemo. Tak hanya itu, semakin banyak botol plastik yang dilemparkan ke arah Marzuki. Ada satu yang kelihatannya terkena bagian tubuh atas Marzuki. Puluhan Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR dibantu polisi segera mengamankan Marzuki dan Taufik kembali ke dalam gedung DPR. Dengan nada kesal, Marzuki menyebut kalau aksi demonstrasi ribuan perangkat desa tersebut telah disusupi provokator. Menurut dia, itu wajar terjadi dalam demonstrasi dengan massa besar. \"Itu yang pegang mik itu provokator. Ada yang bilang, Pak itu yang di sebelah sana itu bukan dari perangkat desa,\" kata Marzuki. Sewaktu dikonfirmasi mengenai peristiwa itu, koordinator aksi Aliansi Desa Indonesia Suryo Sukoco mengatakan puluhan demonstran yang menggelar pertemuan dengan Marzuki Ali dan Taufik Kurniawan tidak berkoordinasi dengan dirinya atau elemen lain di dalam aliansi. Karena itu, dia tidak mau bertanggung jawab atas insiden pelemparan botol minuman kepada dua pimpinan DPR itu. \"Ada beberapa anggota lain yang juga ingin menemui demonstran. Saya bilang jangan. Kalau sekadar datang lalu cerita masih diperjuangkan, itu sudah tidak menarik untuk didengarkan,\" sindirnya. Terkait aksi yang cenderung anarkis, Suryo menyatakan permintaan maafnya. Menurut dia, menjelang demonstrasi beredar sms bahwa tanggal 14 Desember (kemarin) dilakukan percepatan pengesahan RUU Desa. Ini bertepatan dengan penutupan masa sidang DPR. \"Mereka datang berfikir ada pengesahan. Ketika sampai di sini, situasinya tidak seperti itu, teman-teman ini berfikir DPR tidak bekerja benar,\" kata Ketua Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara (RPDN), itu. Berbeda dengan kedua \"rekannya\" yang dilempar botol minuman, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso justru mendapatkan perlakuan yang sangat \"terhormat\". Sekitar pukul 16.30, Priyo mendampingi pimpinan dari empat elemen Aliansi Desa Indonesia menggelar konferensi pers. \"Saya hanya memfasilitasi untuk bicara dengan pers,\" katanya. Priyo mengaku sangat menyesalkan aksi pelemparan botol minuman terhadap Marzuki Alie dan Taufik Kurniawan. \"Mestinya tidak seperti itu. Tapi, saya lega mendapat penjelasan dipastikan itu bukan dari kepala desa dan perangkatnya. Mungkin dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab,\" ujarnya. Meski begitu, secara umum Priyo menyayangkan demonstrasi kali ini yang terkesan anarkis. \"Setahu saya sejak dulu kepala desa dan perangkatnya kalau datang berdemonstrasi ke DPR selalu terukur,\" kata Ketua DPP Partai Golkar, itu. Sebenarnya sudah sering DPR \"dikepung\" ribuan pamong desa yang menuntut disahkannya RUU Desa. Tapi, baru kali ini aksi berlangsung dengan suasana yang agak anarkis. \"Sampai Dalmas Polri ditarik diganti Brimob, ada semprotan gas air mata. Saya tidak mau ke depan seperti ini lagi,\" tegasnya. Menurut Priyo, tiga aspirasi utama yang diperjuangkan para demonstran sebaiknya diakomodir dalam pembahasan RUU Desa. Di antaranya, pengangkatan perangkat desa menjadi PNS, perpanjangan masa jabatan kepala desa dari 5 tahun menjadi 8 atau 10 tahun, dan adanya alokasi dana desa di APBN. \"Soal diangkat jadi PNS itu bisa diterima bergelombang dengan kualifikasi persyaratan yang terukur dan tidak menggoncangkan anggaran negara seperti yang ditakuti pemerintah selama ini,\" kata Priyo. Dia berharap para demonstran tidak hanya \"mengepung\" gedung DPR. Dia menyebut kunci yang lain ada di istana presiden atau kantor menteri dalam negeri. KETUM AKSI IKUT DIAMANKAN POLISI Sementara, dua dari 23 aparat desa yang diamankan Polda Metro Jaya pasca kericuhan di depan gedung DPR, Senayan, Jakarta berasal dari Indramayu. Keduanya adalah H Tarkani AZ, Kuwu Desa Kebulen, Kecamatan Jatibarang dan Nuryasa, Kuwu Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur. H Tarkani AZ merupakan ketua umum Asosiasi Kuwu Seluruh Indramayu (AKSI). Ia yang memimpin sedikitnya 1.500 aparat desa asal Indramayu menggempur gedung DPR RI untuk ikut mengawal jalannya sidang paripurna pengesahan UU Desa yang berlangsung ricuh. “Ya sekarang saya lagi dimintai keterangan di Polda Metro Jaya. Lagi di-BAP. Ada 23 orang semuanya. Dua dari Indramayu,” kata Kuwu Tarkani dengan nada suara terbata-bata ketika dihubungi wartawan koran ini via telpon selulernya, kemarin. Sayangnya, Kuwu Tarkani tidak menjelaskan secara rinci tuduhan kenapa ia sampai ditangkap. Pasalnya, sambungan telepon tiba-tiba terputus. Dicoba beberapa kali, nomor teleponnya sudah tidak aktif lagi. Namun berdasarkan informasi yang dihimpun Radar, keduanya ditangkap polisi sekitar pukul 15.30 saat kericuhan berlangsung di depan gedung DPR RI. Kericuhan terjadi saat ribuan massa pendemo melakukan perusakan pagar gedung wakil rakyat, menuntut perwakilan aparat desa ikut menghadiri jalannya sidang paripurna. Oleh polisi, 23 orang diamankan termasuk Kuwu Tarkani dan Kuwu Nuryasa. “Keduanya diamankan saat aksi di depan pagar gedung DPR RI,” kata Dirlam Faturahman, Kuwu Desa Tegal Taman, Kecamatan Sukra saat dikonfirmasi. Awalnya kata dia, tidak ada yang tahu siapa saja yang digelandang petugas saat itu. Sebab, demo yang berlangsung sejak pagi pukul 06.30 serta diwarnai hujan deras itu, dipenuhi ribuan massa. Belakangan diketahui, Kuwu Tarkani dan Kuwu Nuryasa ternyata ikut diciduk. “Kami dan teman-teman lainnya langsung ke Polda Metro Jaya. Sisanya ada yang melobi ke DPP Parade Nusantara untuk upaya pembebasan mereka yang ditangkap,” jelas Kuwu Dirlam. Diceritakannya, rombongan aparat desa dari Indramayu jumlahnya mencapai 1.500 orang. Mereka diberangkatkan menggunakan 31 bus serta puluhan kendaraan pribadi pada Kamis malam (13/12) sekitar pukul 22.30. Tiba di Jakarta, Jumat dini hari sekitar pukul 03.00. Rombongan lantas meluncur ke Senayan dan memulai aksi demo jam setengah tujuh pagi. AKSI Indramayu terbelah menjadi tiga kelompok. Ada yang bertugas di depan gedung DPR RI, memblokir jalan tol, serta bertindak sebagai negosiator untuk berusaha masuk ke dalam gedung dewan. “Semula demo berjalan kondusif. Tapi setelah datang rombongan lain yang baru tiba di lokasi, suasana langsung ricuh. Polisi sampai menyemprotkan water canon ke arah kami,” katanya. Ricuhnya aksi demo, dibenarkan Kuwu Desa Plosokerep, Supriyadi SHI. Ia menduga, aksi anarkis dipicu terlalu banyaknya elemen massa yang ikut bergabung. Selain Parade Nusantara, ikut juga Apdesi dan relawan pemberdayaan desa. “Insiden dua kali terjadi. Pertama jam 10 pagi, kedua pasca salat Jumat,” ungkapnya. Insiden pertama, massa berusaha menjebol pagar gedung DPR RI dan berlanjut dengan pemblokiran jalan Jenderal Gatot Subroto arah Slipi dan jalan tol. Sekretaris Umum AKSI Wartono SPd MSi menyesalkan lambannya kinerja wakil rakyat. Janji manis yang diberikan para wakil rakyat sejak 2009 itu, terus dikhianati. \"Kita sudah mampu melumpuhkan Jakarta hari ini (kemarin, red), maka kita pastikan akan melumpuhkan Jawa bila terus saja diingkari,\" tandas Wartono. Saat disinggung soal kehadiran Ketua Umum GRIB (Gerakan Rakyat Indonesia Baru) Hercules Rizario Marshall waktu demo, Wartono menjelaskan, Hercules ikut bergabung karena menganggap pemberdayaan desa dan perangkatnya sebagai hal penting. \"Pemikiran ini yang saya lihat tidak dimiliki oleh pengambil keputusan di negeri ini. Padahal desa adalah pemilik saham terbesar negeri ini,\" tegasnya. Dia juga membantah tudingan bahwa aksinya ditunggangi kepentingan partai politik dan kelompok tertentu. \"Demo kali ini cukup besar. Saya bantah kalau ada tudingan bila aksi ini dibiayai pihak-pihak tertentu. Kami datang dengan biaya sendiri dan sadar ini sebuah perjuangan agar desa bisa jadi rumah yang aman. Untuk itu, dibutuhkan keputusan politik dalam bentuk undang-undang sebagai payung hukum penguatan,\" harapnya. Sementara, rombongan para kuwu dan perangkat desa se-Kabupaten Cirebon yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kuwu Cirebon (FKKC) yang berangkat menggunakan 40 bus, mengaku selamat dari insiden penangkapan oleh Polda Metro Jaya. Kepada Radar, Ketua FKKC Sukaryadi melalui sambungan telepon mengatakan, kondisi rombongan asal Kabupaten Cirebon semuanya utuh dan pulang dengan selamat. “Alhamdulillah Kabupaten Cirebon bisa pulang bersama-sama dengan utuh usai menyampaikan aksinya di Senayan dan semuanya aman terkendali,” katanya. Pihaknya sudah menduga kalau aksi para kuwu ini akan berakhir ricuh, karena tampak ditukangi oleh kepentingan politik tertentu, sehingga ia memilih untuk segera pulang setelah aksi itu selesai. “Kami sudah melihat gelagat yang tidak beres, aksi yang seharusnya damai dan merepresentasikan pemerintahan desa yang ramah, harus berakhir seperti itu,” singkatnya. (kho/cip/jun/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: