Pilkada Jangan Sebatas Seremonial, Kuningan Butuh Pimpinan yang Revolusioner

Pilkada Jangan Sebatas Seremonial, Kuningan Butuh Pimpinan yang Revolusioner

KUNINGAN-Seiring dengan perkembangan zaman, Kuningan membutuhkan kepemimpinan yang sedikit revolusioner. Jika pola kepemimpinannya masih biasa-biasa saja seperti sekarang, maka dikhawatirkan Kuningan semakin jauh tertinggal dari daerah lain. Demikian hal itu diungkapkan Lili Rojali Supandi SH, Sekjen JALA (Jaringan Aksi Lawan Ahok) dalam rilisnya yang disampaikan kepada Radar. Menurut Lili, yang dimaksud sedikit revolusioner yakni pemimpin daerah harus sanggup mengimplementasikan kebijakannya secara cepat dan efektif. Pemerintah ke depan harus bisa merespons atau menghasilkan sesuatu yang bisa langsung dirasakan masyarakat. Menurutnya, sudah berpuluh tahun rezim yang ada berkuasa, hasilnya masih sangat minim. “Kita butuh pendobrak, pemimpin muda dan memiliki konsep yang bagus. Masyarakat manapun tak bisa berharap banyak dari rezim yang sudah terlalu lama berkuasa. Padahal sudah diberikan kesempatan tiga periode, bahkan kini memasuki periode keempat, tapi belum ada sama sekali perubahan yang signifikan,” sindir aktivis asal Desa Garajati, Kecamatan Ciwaru yang juga alumni Fakultas Hukum UBK ini. Lili menyebutkan dua hal yang menjadi kegagalan utama rezim saat ini, yakni ketidakmampuan memperluas lapangan pekerjaan dan menciptakan program yang bisa memberdayakan masyarakat. Akibatnya, mayoritas masyarakat akhirnya harus berdikari untuk meraih mimpi kehidupan lebih baik di tempat lain, atau lebih banyak di perantauan. “Sebagaimana diketahui, populasi masyarakat Kuningan yang terpaksa mengais rezeki di perantauan kini hampir mendekati setengahnya. Ini semua jelas mencerminkan ketidakmampuan pemerintah dalam menggali potensi-potensi daerah secara optimal,” sebutnya. Untuk itu, Lili mengimbau masyarakat untuk segera sadar bahwa pembangunan dan kemajuan hanya dirasakan ketika ada perubahan dalam kepemimpinan. Masyarakat harus sadar karena suara mereka berharga bagi kemajuan Kuningan yang nantinya akan mereka rasakan  sendiri. Pilkada 2018 menurutnya merupakan tantangan, karenanya nasib Kuningan yang baru ada di tangan masyarakat sendiri. Setiap individu harus mulai mengajak yang lain untuk bisa bersama menciptakan Kuningan baru. “Semua harus bergandengan bersama untuk memilih pemimpin baru yang revolusioner. Jika jalan sendiri-sendiri, maka tentu tidak akan mampu. Jangan sampai dari tahun ke tahun, periode ke periode Pilkada di Kuningan hanya sebatas seremonial belaka. Hanya menjadi cara untuk melanggengkan kekuasaan segelintir elit yang hanya berfokus pada bagaimana mengeruk anggaran daerah untuk memperkaya diri sendiri,” imbaunya. Jika ada yang berpandangan bahwa perubahan ini sulit, menurut Lili, satu-satunya jalan adalah bersatu. Masyarakat harus bersatu untuk menciptakan kondisi menjadi dua paslon saja. Semua parpol di luar petahana harus satu visi, hilangkan ego parpol untuk bisa bertarung secara cerdas dan ksatria untuk mengalahkan petahan dalam Pilkada 2018. Untuk itu, ia mengajak elit parpol untuk melucuti egonya untuk memilih yang terbaik. “Parpol harus bisa mendengar dan menjawab keinginan masyarakat, tidak hanya keinginan elit parpol. Kebutuhan masyarakat saat ini adalah ingin adanya perubahan. Jika elit tidak bisa mengakomodir masyarakat tentu nantinya akan ditinggalkan konstituen. Di politik sendiri tak ada yang tak mungkin. Selagi ada niat dan ikhtiar, maka rezim manapun bisa ditumbangkan,” ajak Lili. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: