Desa Singkup Jadi Sentra Pepaya dan Domba
KUNINGAN-Diam-diam di Desa Singkup, Kecamatan Japara ada perkebunan papaya yang luasnya lebih dari satu hektare. Termasuk juga lahan bengkok desa yang dimanfaatkan untuk lokasi penananam papaya. Jenis pepaya yang ditanam yakni California, di mana papaya jenis ini laku di pasaran. Kehadiran kebun pepaya yang cukup luas ini setidaknya membangkitkan gairah ekonomi masyarakat Singkup yang memang mayoritas bertani. Pemdes sendiri mendukung penuh peningkatan sektor ekonomi pertanian, dan juga peternakan berupa domba. Salah satunya yakni membuka akses jalan hingga ke lahan perkebunan pepaya yang lokasinya cukup jauh dari pusat desa. Dibangunnya jalan pertanian ini juga menjadi sarana bagi warga mengangkut hasil buminya menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Di samping itu, petani juga bisa menekan biaya pengangkutan hasil bumi sehingga keuntungan yang diperoleh juga meningkat. Kepala Desa Singkup Hadi mengungkapkan, potensi ekonomi masyarakat dari sektor perdagangan, peternakan dan perkebunan di desanya sangat besar. Hampir semua warganya menanam pohon produktif seperti albasiah (arbise, red), kamelina, dan jabon. Luas area yang ditanam juga bervariatif tergantung luas lahan yang dimiliki warganya. “Dulu di desa kami juga penghasil haramay (bahan untuk benang, red). Ada investor yang menanamkan modalnya. Sekarang masyarakat beralih menanam pohon produktif yang jika panen menghasilkan keuntungan sangat menjanjikan,” katanya. Untuk perkebunan pepaya sendiri, kata Hadi, selain investor yang menanamkan modalnya, juga memanfaatkan bengkok desa. Pihak desa terus memberikan keleluasaan bagi pemilik modal agar mau menanamkan modalnya di desanya. “Kami membuka diri kepada pihak luar yang ingin membuka perkebunan. Masih banyak area lahan tadah hujan yang bisa dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis buah-buahan. Bisa mangga, pepaya, atau lainnya. Akses jalan menuju lahan tadah hujan juga bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat,” terang Hadi diamini Kaur Umum, Ade. Dia juga menjelaskan, Singkup sebenarnya mempunyai potensi pengembangan wisata alam berupa pemandangan dari atas bukit tepatnya di Jengkol Made. Namun hingga saat ini potensi tersebut belum digarap karena keterbatasan sumber daya manusia. “Jengkol Made bisa dikembangkan menjadi lokasi wisata alam. Sebab pemandangan di bawahnya menarik, dan bisa melihat langsung laut Jawa. Mungkin ke depannya kami akan menata Jengkol Made karena potensinya sangat menjanjikan,” sebut dia. Sektor lainnya yang tengah digarap oleh desa melalui warga, adalah industri kecil pembuatan lontong, telor asin, kuliner kepala kambing dan juga keripik singkong. Saat ini, usaha kecil rumahan itu ramai peminatnya. “Kami merencanakan BUMDes yang akan dibentuk untuk menangani dan memasarkan berbagai jenis makanan hasil usaha rumahan. Mungkin sistem yang digunakan bisa konsinyasi. Kami terus berusaha mengembangkan berbagai potensi ekonomi yang dimiliki oleh warga melalui BUMDes. Untuk permodalannya, nanti akan dipikirkan oleh pemerintah desa” ujar Kepala Desa Singkup, Hadi. Di samping usaha kecil menengah yang sudah mulai jalan, peternakan domba juga menjadi usaha sampingan warga. Terlebih selama ini sebagian warga Desa Singkup dikenal sebagai pedagang kambing. “Setahu saya, dulu banyak warga Singkup yang membuka usaha berjualan daging kambing di Pasar Cilimus. Darah pebisnis itu terus mengalir, dan kami intens melakukan pembinaan. Kami sangat yakin, BUMDesa yang akan kami bentuk nanti bisa menjadi lumbung usaha dan dampaknya kesejahteraan atau ekonomi masyarakat meningkat,” kata Hadi. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: