Waspada, Musim Hujan Banyak Tanggul Kritis
CIREBON - Anggota Komisi V dari Fraksi PDIP, Yoseph Umar Hadi meminta masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai untuk berhati-hati dan selalu waspada selama musim penghujan kali ini. Saat kunjungan kerja langsung dan melihat sejumlah titik tanggul di Sungai Cisanggarung, Yoseph mengaku menemukan tidak hanya satu tanggul yang kritis. Melainkan banyak sekali tanggul-tanggul kritis yang rawan jebol. “Ini harus jadi perhatian, selalu hati-hati dan waspada. Saya temukan banyak sekali tanggul yang dalam kondisi kritis. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tanggul-tanggul tersebut rusak dan saat ini dalam kondisi kritis dan rawan jebol. Dua di antaranya karena faktor alam dan yang kedua adalah campur tangan manusia,” ujarnya, Minggu (18/2). Menurut Yoseph, faktor alam rusaknya tanggul disebabkan karena debit air yang meningkat drastis. Sehingga terjadi limpasan dan perlahan-lahan mengikis tanggul. Tahun ini saja, kata Yoseph, debit air di Cisanggarung sudah lebih dari status siaga satu. Di mana biasanya hanya 1.200 m3 per detik, kini sudah melampaui menjadi 1.500 m3 per detik. “Faktor manusia juga mempunyai peranan penting dalam rusaknya tanggul. Dalam peraturan sudah jelas, tidak boleh ada kegiatan apapun karena bisa merusak dan membuat tanggul kritis. Jangankan hunian seperti rumah, kandang ayam, rumah pompa juga tidak boleh,” imbuhnya. Yoseph mengatakan, pemerintah pusat mengalokasikan sekitar Rp 30 triliun untuk pengelolaan sumber daya air. Anggaran tersebut diakuinya banyak terserap untuk pembangunan infrastruktur seperti waduk dan irigasi pertanian. “Untuk rehabilitasi tanggul, abrasi pantai dan penanganan banjir lainnya, dari Rp 30 triliun hanya sekitar 10 persen. Oleh karena itu, kita minta Presiden untuk menambah biaya di sektor ini. Sehingga penanganan bisa maksimal. Selesaikan yang di sungai dulu, baru kemudian ke sektor lainnya,” ungkapnya. Jika tidak dilakukan, dia khawatir kondisi tersebut akan membuat kerugian lebih besar karena dampak bencana yang terjadi akibat tanggul jebol dan banjir besar. “Kalau terdampak banjir, kerugian yang kita derita juga tidak sedikit. Jadi harus bisa dipilah mana yang prioritas dan mana yang bisa didahulukan. Karena menurut saya, rehabilitasi sungai sangat penting. Saya akan minta presiden ada prioritas untuk hal ini,” jelas Yoseph. Sementara itu, Kuwu Desa Tawangsari Saerofik dalam kesempatan tersebut berharap, agar persoalan tanggul kritis yang selalu membayang-bayangi warga Desa Tawangsari bisa segera diselesaikan. Selain itu, dia juga meminta agar pihak terkait segera menangani persoalan Bendungan Karet Tawangsari yang jebol dan menggantinya dengan yang baru. “Persoalan di kita itu tanggul kritis. Kemarin sempat kebanjiran, ada limpasan. Tanggul juga rawan jebol. Mudah-mudahan dari kunjungan Pak Yoseph ini bisa mendorong dinas terkait untuk segera melakukan penanganan-penanganan yang dibutuhkan,” ungkapnya. Terpisah, Sekretaris Desa Gemulunglebak, Marzuki Lubis mengatakan, longsor terjadi di Blok Parenca, Desa Gemulung Lebak. Tebing di sungai yang berada persis di samping pemukiman di blok tersebut, ambrol dan menyisakan rekahan besar. Tebing Sungai Cikanci yang longsor dengan tinggi sekitar 10 meter dan panjang 50 meter dengan lebar sekitar 4 meter. “Yang terancam langsung tiga rumah paling dekat dengan sungai. Tahun lalu sudah ada yang direlokasi, ada sekitar empat keluarga, kita tempatkan sementara waktu di lahan tanah desa,\" pungkasnya. (dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: